Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berbentuk tulisan. Tulisan ini memiliki berbagai jenis genre seperti romansa, fiksi ilmiah, fantasi, horor, thriller, drama. Banyaknya genre yang dimiliki tentu mengakibatkan pembagian audiens yang dibagi berdasar umur dan genre yang disukai.Â
Saat ini banyak cara bagi seorang penulis jika ingin membuat novel karena saat ini novel dapat berbentuk e-book. Platform dan komunitas untuk menulis novel pun saat ini sangat banyak, platform novel dibagi menjadi dua gratis dan berbayar. Platform gratis novel seperti Wattpad, Storial.co, Inkitt, Sweek. Sedangkan platform berbayar yang menguntungkan bagi penulis yakni Amazon Kindle Direct Publishing (KDP), Google Play Books, Royal Road.
Keuntungan lain yang didapat seorang penulis jika menulis pada platform berbayar adalah tulisannya memiliki kesempatan besar untuk diterbitkan. Hal ini karena platform tersebut memang platform untuk menerbitkan buku. Namun, walaupun tidak menulis pada platform berbayar karya seorang penulis tetap dapat diterbitkan.
Novel-novel terlaris biasanya akan diadaptasi menjadi film. Namun tidak semua adaptasi film novel menjadi sebuah kesuksesan besar. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan film adaptasi novel menjadi sebuah kegagalan. Seperti film Bukan Cinderella (2022) yang dianggap sebagai film adaptasi novel yang gagal.
Lalu, apa saja faktor yang membuat gagal film ini?
1. Script Setengah Matang
Dilansir dari TikTok milik Gandhi Fernando yang merupakan mantan aktor FTV mengatakan jika script Bukan Cinderella (2022) kurang dipersiapkan dengan baik. Hal ini berhubungan dengan alur cerita yang sekelas dengan FTV, tidak memiliki plot twist, dan tidak ada yang spesial.
"Ini mah nonton ftv," "Kupikir ini serial W* Tv," "Endingnya ketebak banget," "Sinetron ini mah kelasnya,". Kalimat tersebut merupakan review yang dituliskan pada kolom komentar konten review film Bukan Cinderella (2022) oleh Gandhi Fernando.
Script merupakan pilar bagi sebuah film supaya tidak membosankan dan monoton. Pada film ini tidak memiliki inti konflik, konflik yang disajikan merupakan konflik ringan. Selain itu, film ini memiliki alur maju mundur yang tidak memiliki kejelasan. Dialog yang dituliskan juga sangat bertele-tele
2. Pemilihan Aktor Yang Kurang Tepat
"Ini mah project aji mumpung," "Ternyata seterkenal apapun artisnya ga menjamin filmnya laris ya," "Ini mah karena dia lagi naik daun aja, jadi disuruhlah main layar lebar berharap ntar filmnya laris manis". Itulah beberapa review yang dilontarkan pada kolom komentar milik Fauzisebas diTikTok.
Kurangnya pengalaman pemain film Bukan Cinderella (2022) sehingga membuat akting yang ditampilkan terlihat sangat kaku. Tim produksi Super Media Pictures hanya memanfaatkan kepopuleran Fuji saat itu. Mereka tidak melihat kemampuan Fuji dalam berakting.Â