Mohon tunggu...
Sekar Ayuningtyas
Sekar Ayuningtyas Mohon Tunggu... Lainnya - sekarayunt

temporary communication science student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengalaman Mahasiswa UMY sebelum Pandemi yang patut diingat

27 Maret 2021   22:59 Diperbarui: 27 Maret 2021   23:30 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hai kawan, entah itu Mahasiswa atau Alumni dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta(UMY)! Setiap kampus tentunya memiliki kebiasaan unik termasuk UMY. Mengutip tulisan Yoana Dianika dalam buku The Chocolate Change, “Karena hidup seperti cokelat. Perpaduan antara pahit dan manis itulah yang menjadikan serasi dan berkesan”. Tidak lengkap jika pengalaman manis saja yang berkesan, pengalaman pahit juga menyenangkan. Untuk itu, hal pahit yang pernah kita alami sebelum pandemi selalu menyenangkan untuk diingat. Dari pengalaman di bawah ini, nomor berapa saja yang pernah kamu alami?

Masa Ta’aruf dan pantat yang pegal

Masa Ta’aruf UMY (Mataf) merupakan masa pengenalan lingkungan kampus untuk mahasiswa baru di awal semester 1. Sebelum pandemi, Mataf menggabungkan 5000 mahasiswa baru ke dalam Gedung Sportorium UMY. Rangkaian acaranya yaitu materi, hiburan, pengenalan, dan sambutan yang meriah dari kampus. Di balik acara meriah tersebut, terdapat mahasiswa yang harus berangkat subuh, duduk lesehan 1-2 jam persiapan masuk Sportorium, dan adu yel-yel antar fakultas. Kesengsaraan semakin terasa karena mahasiswa harus duduk lesehan sampai pukul 3 sore. Hal tersebut masih berlanjut untuk 2 hari kedepannya. “Rasanya seperti tulang ekormu udah mentok sampai lantai hahaha.” ujar salah satu mahasiswa semester 8. Masih ingat rasa pegalnya pantat kalian ketika duduk selama Mataf? Walaupun pegal, kesan Mataf yang meriah dan menyenangkan selalu tertinggal dalam ingatan, ya.

Kunci ketinggalan di motor dan Satpam yang iseng

Pengalaman kedua ini terasa nano-nano bagi kita yang pernah lalai. Sampai di parkiran, kita mengecek kantong, tas, dan motor. Pengecekan diakhiri dengan “Aduh kunciku hilang!”. Kita langsung bertanya kepada pak satpam. “Coba cek di kelas, soalnya gak ada ini.” ujar pak satpam. Kita berlari ke ruang pengajaran untuk meminjam kunci dan mengecek di kelas. Terkadang, kita sampai bertanya dengan bapak cleaning service. Hasilnya Zonk! Lemes, kita balik lagi ke pak satpam untuk lapor. Beliau bertanya “Motornya apa? Kuncinya ciri-cirinya apa?”. Dengan santainya, beliau memberikan kunci kepada kita. Menyerah dan lelah berubah menjadi lega sekaligus jengkel. Baru 10 detik mengeluarkan ekspresi bahagia, pak satpam pun mengeluarkan jurus agar mahasiswa bertaubat dari lalai “Besok lagi jangan teledor ya.”

Kerepotan ini tentu membuat lelah sekaligus jengkel tetapi merasa terbantu. “Kenapa gak dari awal dikasihin, kan jengkelnya disitu. Tapi kalau langsung dikasih kita gak akan jera juga hehehe” ungkap salah satu mahasiswa semester 6.  Isengnya pak satpam itu baik agar motor tidak hilang dan kita selalu menjaga barang kita. Trik yang simple dan membuat jera ini justru lebih efektif dibandingkan menegur dengan kata-kata negatif. Good Job, sistem keamanan UMY!

Repotnya ketinggalan STNK/KTM RFID dan pak satpam penyita KTP   

                Proses keluar gerbang UMY yang ikonik dengan menunjukkan Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK) atau menempelkan Kartu Tanda Mahasiswa dengan teknologi Radio Frequency Identification (KTM RFID). Pengalaman merepotkan ketika pertama kali hendak keluar kampus namun kita lupa membawa STNK atau KTM RFID. Kita jujur kepada penjaga palang dan diarahkan kepada pak satpam yang tegas. Opsi pertama, Kendaraan ditinggal dan meminta bantuan teman. Jika opsi pertama tidak bisa, kita akan difoto dan meninggalkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan diambil jika sudah kembali menunjukkan STNK. Aturan-aturan ketat pada gate UMY ini dapat meminimalisir pencurian kendaraan dengan melacak kepemilikan motor yang keluar UMY. “Kalau pertama kali sih ngerasa repot banget padahal buru-buru laper mau makan siang. Sistemnya ribet tetapi juga aman demi semua pihak dan itu tindakan yang tepat.” ujar salah satu alumni UMY.

Antre lift yang lama dan memilih naik tangga. 

                Ketika jam menunjukkan beberapa menit lagi masuk kelas, kita langsung lari melewati tangga karena lift  antri banyak. Mahasiswa yang gemar bermalas-malasan mendadak menjari atlet lari tangga agar tidak terlambat masuk kelas. Terlambat atau tidaknya ditentukan oleh kecepatan kaki. Jika terlambat, dosen mengunci pintu atau tidak absen. Jika beruntung, kita langsung masuk kelas dan duduk dengan ngos-ngosan, capek, dan keringetan. “Bayangkan di gedung E6-E7 aku harus naik lima lantai buat sampai di kelas.” ujar salah satu mahasiswa fakultas pendidikan bahasa.

                Tanpa hadirnya mahasiswa selama pandemi, hal-hal yang tidak menyenangkan itu kini menghilang. Pemandangan yang hilang seperti Mataf daring, parkiran sepi dan pak satpam tidak iseng lagi, gerbang UMY sepi, dan lift kosong tanpa antri. “Semoga kita semua dapat merasakan lagi kuliah tatap muka sesegera mungkin ya. Pengalaman tidak menyenangkan itu ternyata berkesan.” tutup salah satu mahasiswa UMY.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun