Mohon tunggu...
sekar aulia
sekar aulia Mohon Tunggu... Editor - saya seorang pelajar.

saya hobi mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cerita Sejarah Kampung Lempongsari di Kota Semarang

21 September 2024   23:47 Diperbarui: 30 September 2024   19:10 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

LINK FOTO : 367 Jl. Lempongsarihttps://maps.app.goo.gl/GeokuyVELMtqLHZY8?g_st=ac

Kota Semarang, atau yang biasanya memiliki julukan Kota Atlas. Kota Semarang ini memiliki banyak kampung-kampung yang akan beragam kebudayaan, tradisi, dan adat. Salah satunya seperti Kampung Lempongsari, kampung ini memiliki arti yang berkaitan dengan kondisi geografis atau nama-nama simbolis, jadi Lempongsari bisa di artikan sebagai "daerah yang datar" dan memiliki nilai penting atau "keindahan tertentu".

Lempongsari sendiri lebih rincinya terletak di Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang, Kecamatan Gajahmungkur. Lempongsari ini terbentuk pada tahun 1953, serta memiliki Luas Wilayah 87, 671 km2, memiliki jumlah 38 RT dan 8 RW. Lempongsari juga terdiri dari beberapa nama kampung, contohnya ada Lempongsari I, Lempongsari II, Lempongsari Barat, Lempongsari Timur, dan Lempongsari Raya.

Hari Senin, pada tanggal 16 September 2024, disitulah awal pertama saya mewawancarai tetangga saya mengenai Lempongsari, disitu saya bertanya "Lempongsari itu dulu termasuk kampung ke berapa ya pakde? maksutnya termasuk kampung tertua atau bagaimana??" "Lempongsari itu dulunya termasuk kampung pertama mbak di Semarang, soalnya dulu Kampung ini termasuk daerah Semarang atas, biasanya juga bisa disebut perbatasan antara Semarang atas dan bawah." Jawab Pak Basuki. 

Bukti foto wawancara, Sumber Dok : Pribadi
Bukti foto wawancara, Sumber Dok : Pribadi

Masih sama di Hari Senin, pada tanggal 16 September 2024, saya bertanya lagi kepada salah satu penduduk Kampung Lempongsari "Sebelum Lempongsari menjadi Kampung apakah asal-usul dari wilayah ini?". "Sebelum menjadi Kampung seperti sekarang, Lempongsari dulunya adalah sebuah rawa-rawa dan banyaknya perbukitan. Namun dengan kemajuan zaman, jadilah Kampung." Jawab beliau, Bu Ana.

Bukti foto wawancara, Sumber Dok : Pribadi
Bukti foto wawancara, Sumber Dok : Pribadi

Gambaran wilayah Lempongsari sebelum menjadi Kampung :

Sumber dokumen : Facebook
Sumber dokumen : Facebook

Sumber dokumen : Facebook
Sumber dokumen : Facebook

LINK FOTO : https://m.facebook.com/groups/2283339875217860/posts/kawasan-lempongsari-1910-1920lokasi-saat-ini-belum-ketemu-sehingga-belum-bisa-me/3803621786522987/

Dan pada hari Sabtu, pada tanggal 21 September 2024, saya kembali berwawancara menanyai sejarah serta asal-usul Kampung Lempongsari ini, saya bertanya kepada Pak Mardi yang dia sendiri adalah warga Lempongsari. Saya-pun bertanya "Sebelum Lempongsari menjadi kampung seperti sekarang, siapakah pertanggung jawab tanah-tanah yang ada di wilayah ini?", Pak Mardi-pun menjawab "Sebelum kampung ini banyak penduduk, dulu ada 4 orang atau sesepuh yang namanya Alm.Bapak Sugiyad, Alm.Bapak Wagimin, Alm.Bapak Suafin, dan Alm.Bapak Tugimin Hadi Sugaryo. Jadi disini dulu adalah tanah tegalan yang ditumbuhi dengan tumbuhan alang alang, nah akhirnya beliau ber 4 ini ada kesepakatan wilayah, karena dulu wilayah tinggalan Belanda dan tanah tersebut di kuasai oleh negara jadi bisa disebut Tanah Egendom. Jadi tanah ini boleh digarap oleh warga masyarakatnya, tapi kalau Tanah Perboden itu tanah peninggalan Belanda tapi dikuasai oleh Kerajaan, nah itu bedanya mbak. Dari situlah dimulai pembagian wilayah Lempong ini, untuk wilayah kiri adalah wilayah-nya Alm.Bapak Wagimin, terus kalau wilayah kanan itu menjadi wilayah-nya Alm.Bapak Sugiyad, nah kalau daerah yang tengah itu menjadi wilayah-nya Alm.Bapak Tugimin Hadi Sugaryo, nah terakhir kalau yang atas menjadi tanah wilayah-nya Alm.Bapak Suafin, nah jadi itulah 4 orang yang menguasai tanah-tanah Lempong."

Bukti foto wawancara, Sumber Dok : pribadi
Bukti foto wawancara, Sumber Dok : pribadi

Lalu di tempat ke dua dengan hari yang sama, saya ada wawancara dengan Sesepuh Lempongsari Timur, atau biasanya beliau dipanggil dengan nama "Mbah Sar". Saya pun bertanya kepada beliau "Apakah di Lempongsari ada tradisi yang juga masih dilaksanakan hingga saat ini, Mbah?". Beliau menjawab "Kalau tradisi di Lempongsari biasanya disebut Guyub Rukun atau Gotong Royong, dari jaman Lempongsari belum ada penduduk sepenuh sekarang, biasanya pesepuh Lempong melakukan Gotong Royong bersama-sama membangun rumah dari bambu, atau membuat jalan di kampung ini. Se dari saya kecil dulu memang tradisi ini sudah di laksanakan jadi semoga penduduk sekarang tetap melaksanakan Guyub Rukun."

Bukti foto wawancara, Sumber Dok : pribadi
Bukti foto wawancara, Sumber Dok : pribadi

Wawancara ketiga saya di hari yang sama. Disini saya mewawancarai seseorang yang juga bisa disebut sesepuh Lempong. Beliau biasanya dipanggil dengan nama "Mbah Mur", "Lempongsari ini apakah dulu pernah jadi pemukiman penjajah, ataupun ada tempat yang pernah dijadikan camp untuk peperangan?" tanya saya. "Kalau tempat peperangan gitu setau saya dulu nggak ada, tapi kalau pemukiman penjajah dulu itu Lempong pernah dijadiin tempat tinggal buat pejabat kolonial dan warga kelas menengah atas, gara-gara lokasi wilayah sini yang strategis dan udaranya yang lebih sejuk dibandingin daerah pusat Kota yang lebih rendah. Tapi karena sekarang wilayah sini berkembang, Lempongsari sudah banyak penduduknya."

Bukti foto wawancara, Sumber Dok : pribadi
Bukti foto wawancara, Sumber Dok : pribadi

Peristiwa yang pernah terjadi di Kampung Lempongsari salah satunya adalah bencana alam, yaitu longsor. Pada hari Jum'at, 7 Februari 2020 sekitar pukul 23.30 WIB terjadi longsor di Jalan Lempongsari I, RT 04/RW III, Kelurahan Lempongsari, Kecamatan Gajahmungkur yang disebabkan hujan deras. Penyebab tebing longsor dikarenakan terjadinya hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut sejak sore hari. Akibat kejadian tersebut mengakibatkan tebing dengan panjnag 10 meter dan tinggi 4 meter milik bapak Sukisno (48) dihuni 1 KK/5 jiwa mengalami longsor. Namun tidak ada korban jiwa dari dalam kejadian tersebut.

Bukti gambar longsor di Lempongsari :

Sumber dokumen : Google
Sumber dokumen : Google

Peristiwa longsor Lempongsari di kutip dari artikel :

https://www.bpbd.semarangkota.go.id/detailpost/longsor-di-jalan-lempongsari-i-rt-04-rw-iii-kelurahan-lempongsari-kecamatan-gajahmungkurhttps://www.bpbd.semarangkota.go.id/detailpost/longsor-di-jalan-lempongsari-i-rt-04-rw-iii-kelurahan-lempongsari-kecamatan-gajahmungkur


Editor : Sekar Aulia Azzahra 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun