Mohon tunggu...
Sekar Asyifa Nur Abiyyah
Sekar Asyifa Nur Abiyyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa yang belum rajin

Pengamat film, kartun, komik yang masih butuh banyak belajar.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dari Kegagalan Kita Belajar

21 April 2021   14:37 Diperbarui: 21 April 2021   14:58 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah gak sih kalian merasa gagal? Ingat gak kapan terakhir kali gagal? Saya rasa pasti semua orang pernah merasakan kegagalan. Saya sendiri sangat takut dengan yang namanya gagal. Dan anehnya, karena hal itu saya malah cukup sering mengalami kegagalan.

Saya adalah seorang anak sulung dari tiga bersaudara yang cewek semua. Dalam keluarga besar, saya juga seorang cucu tertua. Saking terbiasanya, saya sampai gak kaget lagi kalau semua orang mengharapkan sesuatu yang hampir atau bahkan sempurna dari saya.

"Kamu itu contoh buat adek-adekmu," begitulah yang selalu diucapkan ibu waktu saya kecil dulu. Dan tentu saja, saya terus menanamkannya di dalam pikiran saya. Yang ujungnya malah membuat saya cukup tertekan sampai gak pernah mau gagal demi memberi 'contoh' buat adik-adik saya. Padahal, kalau saya pikir-pikir lagi sekarang, mungkin saja contoh yang dimaksud ibu waktu itu gak melulu harus baik. Apa lagi dalam hidup ini, gak selamanya kita akan menerima atau pun melalui hal-hal yang baik saja.

Dulu, saya sangat anti dengan yang namanya nilai jelek. Saya selalu belajar habis-habisan sampai lupa makan dan lupa tidur. Sampai gak punya waktu luang buat memilih kegiatan lain yang menyenangkan. Hingga suatu hari di kelas 8, saya harus menerima kenyataan bahwa otak saya gak cukup pintar untuk menerima dan mempelajari mata pelajaran IPA. Nilai saya dalam mapel tersebut gak pernah memuaskan, saya butuh waktu terlalu lama dibanding teman-teman untuk memahami pelajaran tersebut, dan tiap mengingat hal itu pasti saya akan menangis cukup lama di dalam kamar sampai lelah sendiri. Rasanya gak peduli seberapa keras saya belajar, saya gak bisa memahaminya. Saya sampai heran dan bertanya-tanya apakah saya emang sebodoh itu?

Saking sibuknya tenggelam dalam pikiran menyedihkan tadi, saya sampai lupa bahwa masih banyak mata pelajaran yang saya suka.  Dan kalau saya ingat-ingat kembali momen semacam itu sekarang, saya cuma bisa tertawa geli. Kok bisa ya saya sebegitu tegangnya dalam menghadapi masalah-masalah yang, kalau dipikir-pikir lagi, lumayan sepele. Rasanya beruntung sekali karena akhirnya saya menyadari hal tersebut.

Sekarang saya mencoba buat menerima keadaan, karena seperti irik lagu Nosstress dalam lagunya Pegang Tanganku, indah itu tak selalu ada. Terkadang lebih baik menerima keadaan daripada terlarut-larut dalam rasa sedih.

Yah, walau kalau dilihat kembali, sekarang pun saya kadang masih suka memikirkan kegagalan-kegagalan yang sudah terjadi. Tapi gak masalah. Pikirkanlah kenapa kegagalan itu terjadi, biar bisa menghindarinya lain kali.

Dan satu hal lagi yang saya sadari, life is not a race, gak perlu buru-buru buat menjalaninya. Jangan mentang-mentang temanmu bisa dalam sekali coba dan kamu enggak, kemudian kamu merasa down. Mungkin kamu cuma perlu lebih banyak waktu. Dan gak ada yang salah dengan itu.  Lagi pula tiap orang punya kelebihannya masing-masing. Pati ada hal lain yang bisa kamu lakukan dalam sekali percobaan.

Jadi itu... menurut saya gak takut gagal tuh emang penting banget sih. Dari pengalaman saya pribadi saja, saya sudah bisa melihat bagaimana rasa takut gagal itu menghalangi saya buat melakukan banyak hal. Mendengar curhatan teman-teman dekat juga saya melihat mereka terlalu banyak mengulur waktu dalam mengambil keputusan hanya karena takut gagal. Padahal kita gak akan tau 'kan kecuali kita mencoba? Lihatlah kegagalan sebagai sesuatu yang bisa membantu ke depannya. Lagian hidup cuma sekali, bakal sia-sia banget gak sih kalau kita gak melakukan banyak hal cuma karena takut gagal?

Mungkin gak banyak yang menyadari itu sekarang. Saya juga sedikit menyesal karena baru menyadari hal tersebut baru-baru ini. Tapi lagi-lagi, gak ada gunanya menyesali sesuatu yang sudah terjadi. Ambil hikmahnya saja, siapa tau kita membutuhkannya entah sekarang atau di masa depan nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun