Pernah main game "Among Us"? Atau kalian malah penggemar berat permainan tersebut? Kalau begitu, pasti kalian udah gak asing lagi dong dengan kata impostor.Â
Dalam kehidupan kita ada juga loh sesuatu yang sedikit banyak berhubungan dengan impostor, salah satunya "Impostor Syndrome".
Impostor Syndrome (IS) atau Impostor Phenomenon merupakan fenomena psikologis dimana seseorang selalu meragukan kemampuan, bakat, atau bahkan pencapaiannya. Bisa dibilang seseorang dengan fenomena ini tidak mampu menerima dirinya dan pencapaian yang telah ia raih.Â
Orang tersebut bakal terus merasa bahwa segala hal yang diraihnya semata-mata cuma karena dia bejo atau kebetulan saja dan bukan karena kemampuan intelektualnya sendiri.Â
Selain itu, orang dengan impostor syndrome juga khawatir dan memiliki ketakutan bahwa orang-orang akan melihat kesuksesannya dan menyangka bahwa selama ini dia berbuat curang atau menipu, dia merasa tak pantas mendapatkan apa yang sudah dia dapat. Padahal semua hal yang dicapainya merupakan cerminan dari usahanya sendiri.
Awal kemunculan impostor syndrome adalah pada tahun 70-an dan ditemukan pada wanita-wanita cerdas dengan pencapaian atau prestasi yang tinggi. Hingga selanjutnya penelitian berlanjut dan ditemukan pula fenomena yang sama pada laki-laki.
Pada dasarnya fenomena ini bisa terjadi pada siapa saja, khususnya pada orang-orang yang harus menunjukkan suatu hasil atau pencapaian yang tinggi.Â
Hal semacam ini umum dijumpai pada orang yang perfeksionis, atau pada orang-orang yang tengah memulai suatu hal yang baru. Misal mahasiswa baru yang baru sedang mulai kuliah atau karyawan yang baru naik jabatan.
Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi terjadinya impostor syndrome, misal adanya tekanan atau tuntutan untuk terus sukses.Â
Terkadang seseorang berpikir bahwa dengan terus sukses maka dia akan lebih berarti di mata orang-orang sekitarnya atau masyarakat secara umum. Atau mungkin dia sudah dicap sebagai orang yang berbakat atau cerdas, sehingga dia merasa bahwa dia harus selalu memenuhi ekspektasi orang-orang yang menganggapnya seperti itu.
Imposter syndrome mungkin bisa membantu memotivasi seseorang agar bekerja lebih keras lagi atau membuat pencapaian yang lebih besar lagi.Â
Namun tetap saja, di balik itu semua ada kecemasan yang akan selalu dirasakannya. Orang tersebut mungkin malah bakal menyiapkan sesuatu lebih dari yang seharusnya hanya supaya orang-orang percaya kalau dia tidak curang dan bukanlah penipu.
Salah satu masalah terbesar seseorang dengan impostor syndrome adalah, gak peduli seberapa keras dia berusaha, dia gak akan berhenti berpikir bahwa semua pencapaiannya bukanlah karena itu.Â
Dia terus menanggap bahwa semuanya karena kebetulan atau mungkin karena dia beruntung. Dia gak bisa menginternalisasi pencapaian dan kemampuan yang dimilikinya.
Imposter syndrome bukanlah suatu bentuk gangguan mental, namun karena fenoma ini seseorang bisa merasa stres, depresi dan gangguan kecemasan.
Kemudian gimana caranya kita bisa berhenti merasa atau menghindari fenomena seperti itu?
Pertama kita bisa perlahan-lahan belajar menerima kegagalan. Kita harus sadar bahwa kita tidaklah sempurna dan gagal itu bukanlah suatu hal yang bakal mengakhiri hidup kita.Â
Kemudian kita bisa berbagai perasaan pada orang lain yang kita percaya.  Karena pikiran-pikiran negatif dalam diri kita cenderung bakal semakin  memburuk apabila dipendam dan dibiarkan begitu saja.
Selanjutnya, berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Ketika kita membandingkan diri dengan orang lain, kita bakal melihat kelebihan mereka dan merasa bahwa kita berada jauh di bawahnya. Kita bakal merasa bahwa kita gak pantas berada di tempat yang sama dengan orang-orang itu.
Kita harus menghargai kemampuan dan diri kita sendiri. Self love sangat lah penting ketika kita merasa fenomena seperti impostor syndrome ini sudah mendekati kita. Kita perlu melihat diri kita sendiri sebagai seseorang yang berarti.Â
Perlu juga bagi kita menyadari kelebihan yang kita memiliki dan menerima kekurangan. Karena manusia bukanlah ciptaan yang sempurna, semua manusia, bahkan idola kita sekali pun, pasti memiliki kekurangan.Â
Tinggal bagaimana kita menyikapi kekurangan itu saja. Kita gak seharusnya fokus dalam hal itu, karena itu hanya akan membuang-buang waktu. Ada baiknya kita memanfaatkan kelebihan kita semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan yang kita punya.
Berikanlah hadiah yang berarti pada dirimu sendiri setelah sukses menyelesaikan suatu pekerjaan. Pergi makan pizza dan puas-puaskan diri maraton serial favorit kalian setelah berhasil menyelesaikan ujian. Â
Pergi liburan ke tempat yang menyenangkan setelah berhasil memenuhi target pekerjaan. Jangan lupa tidur tepat waktu dan sarapan yang enak esok harinya.Â
Syukuri apa yang kita punya dan apa yang kita terima sekarang. Pastikan kita menikmati hadiah yang kita terima. Pastikan bahwa kita pantas menerima hadiah-hadiah tersebut karena kita sudah bekerja ekstra untuk memenuhi kewajiban-kewajiban itu.
Jika hal-hal diatas sama sekali tak membantu, sangat di sarankan untuk pergi konsultasi dan membicarakan masalah kalian pada ahlinya karena bisa jadi kamu memang sedang mengalami impostor syndrome.
Maka dari itu mulailah membiasakan diri pada kehidupan yang sehat dan positif. Banyaklah memikirkan hal yang baik-baik tentang diri kalian sendiri dan hal-hal di sekitar kalian.Â
Pilihlah apa yang menurut kalian baik dan tinggalkan hal-hal yang memberatkan perasaan kalian. Percayalah bahwa usaha gak akan pernah menghianati hasil.Â
Sayangi diri kalian sendiri, sadarilah segala macam kerja keras yang telah kalian lakukan. Dan jangan lupa, berikan  "hadiah" pada diri kalian yang sudah sukses menyelesaikan pekerjaan atau mencapai tujuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H