Mohon tunggu...
sekar arum
sekar arum Mohon Tunggu... -

kata-kata menawarkan segalanya. semangat yang datang bersama mentari, juga ketenangan abadi ketika senja menyapa. aku ingin memburunya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Erina, Kekasih Sempurna

4 Juli 2011   13:36 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:56 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terik semakin menggigit. Debu kendaraan bersenyawa dengan panas membekap tubuhnya. Di depan Stasiun Balapan ini, dia, 50 tahun, belum beristri, menanti rezeki.

.

Tiga perjalanan kereta lewat sudah. Belum ada yang memanggilnya dan menanyakan kalimat ajaib, "Ke Pasar Klewer berapa, Pak?"

.

Saat mendekatinya, hanya untuk mengajaknya berbincang, ku pikir dia akan menimpukku dengan kata-kata ketus. Tapi tidak. Aku salah. Dia tersenyum menyambut. Dia membuka tangannya lebar, menyilahkan aku duduk di salah satu bangku kayunya. Bangku itu berderit saat kakiku melangkah.

.

Namanya Warsidi. Garis takdirnya tak seberuntung orang-orang. Dia belum menikah di usia 50 tahun. Tapi dia bahagia. Kebahagiaan datang padanya setelah ia memutuskan berhenti dari kecemasan disebut jejaka tua tak laku kawin.

.

Meski tak beristri, dia punya kekasih gelap. Gelap bukan istilah. Gelap itu untuk menyebut warna kulit kekasihnya, Erina, yang memang berwarna gelap kecoklatan. Erina punya rambut lebat yang berkilau diguyur sinar mentari.

.

Erina sempurna, sangat sempurna untuk dijadikan kekasih. Dia tak banyak menuntut. Rp 15.000/hari cukup baginya untuk biaya makan dan merawat diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun