Mohon tunggu...
sekar arum
sekar arum Mohon Tunggu... -

kata-kata menawarkan segalanya. semangat yang datang bersama mentari, juga ketenangan abadi ketika senja menyapa. aku ingin memburunya.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

kosku digerebek!

22 Juli 2011   10:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:28 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam (Kamis 21/7) itu, aku sengaja tidur cepat. Udara malam terlalu dingin untuk menemani obrolan di warung wedangan dekat kantor. Apalagi, lewat pukul 20.30 WIB, hujan mulai turun. Awalnya hanya rintik kecil, tapi lama-lama menderas,  membuat dingin malam terasa kian dingin.

Dingin yang mengigit kulit, akhirnya membuatku tertidur. Guyonan Sule Dkk, di TV, ku abaikan. Mata pilih terpejam. Dua kawanku lain, rupanya juga begitu. Kantuk menguasai mereka meski malam belum bergerak menuju larut. Di kamar kos masing-masing kami mendengkur di balik berselimut. Dua kawanku menempati kamar nomor satu dan dua dari pintu utama. Sementara kamarku lebih masuk kedalam, ada jeda dua kamar dari kamar kawan-kawanku untuk sampai padaku.

Tapi malam yang nikmat untuk tidur itu terganggu.

Sebuah teriakan dan suara pagar digoyang dengan kasar memecah ketenangan malam. Saat itu pukul 22.30 WIB. Rintik hujan mulai sirna. Hanya tingga satu atau dua rintik saja yang ketinggalan rombongan hujan deras sebelumnya. Suara gedoran di pintu pagar membuat mataku terbuka. Kantuk langsung lenyap. Ku dengar suara ibu kos berteriak dari kamarnya, "Ya sebentar"

Lalu, ku dengar juga langkah cepat ibu kos dan sang suami ke depan. Sempat ku dengan ibu kos melontarkan pertanyaan sebelum membuka pintu gerbang. "Ada apa ya Pak?"

"Pemeriksaan Bu. Penyakit masyarakat," jawab seseorang. Suara bapak-bapak. Tapi bukan hanya satu suara. Aku mendengar banyak suara. Ada nada memaksa dari para bakap-bapak itu agar ibu kos lekas membuka pintu pagar.

Kebingunan yang sangat, rupanya membuat ibu kos begitu panik. Secara serampangan dia membuka pintu pagar. Sesaat setelah terdengar suara pintu terbuka, belasan pasang kaki ku dengar melangkah mendekat.

Aku sudah 100% terjaga ketika itu. Jantungku berdetak kencang, karena pengalaman ini benar-benar baru kali ini ku alami. Ku dengar, ibu kos pun terlihat panik dan terbata-bata menjawab pertanyaan bapak-bapak itu yang sebagian dikenalnya sebagai pengurus RT. "Hanya beberapa yang isi Pak. Banyak yang kosong."

"Kamar ini siapa? buka-buka,"suara bapak-bapak memaksa lagi. Kali ini, sepertinya mereka sampai di kamar pertama. Itu kamar kawanku. Seusai kejadian, kawanku bercerita, pintu kamarnya diketuk keras. Setelah pintu dibuka, beberapa kepala bapak-bapak itu memaksa melongok masuk. Saat itu, aku yakin kawanku dalam kondisi kaget. Dan seperti umumnya kondisi tidur, dia pasti hanya mengenakan pakaian seadanya.

"Mana KTP-nya? Sudah lapor RT belum?"  Itu pertanyaan yang segera dilontarkan salah satu dari mereka setelah mendapati tidak ada hal mencurigakan di kamar kawanku itu. Tidak ada laki-laki tanda dia berbuat mesum. Tidak ada jarum suntik, narkoba maupun botol minuman keras.

Perlakuan serupa juga mereka perbuat pada kawanku lain, di kamar nomor dua. "KTP saya sudah Pak, tahun lalu." jawab temanku di kamar ke dua itu. Takut, kaget dan kesal, bercampur di nada suaranya.

Ibu kos beberapa kali menegaskan, bahwa kos yang kami tempati ini adalah kos cewek. Ibu kos pegang kendali penuh pada kos, sehingga hampir tidak mungkin ada anak kos yang nakal. Apalagi, beberapa teman kosku mengenakan jilbab. Membuka kamar dengan paksa, dan pada saat malam, sudah pasti akan sangat mengganggu privacy mereka.

Berkali kali aku mengumpat atas aksi gerebek malam itu. Aku di kamarku, diam saja. Tapi suara-suara yang terdengar jelas menunjukkan ada etika yang dilanggar. Untungnya acara gerebek itu tidak berlanjut terlalu dalam. Bapak-bapak yang mengenakan seragam hijau hansip, seragam polisi, dan beberapa polisi berpakaian preman, serta pengurus RT setempat, itu berhenti di kamar ketiga, setelah tak menemukan hal mencurigakan.

Mereka berdalih, acara penggerebekan malam itu adalah acara rutin yang dihelat jelang Ramadan, untuk memberantas penyakit masyarakat. Penjelasan mereka, terus terang membuatku heran. Pertama, pemberantasan penyakit masyarakat adalah hal benar, tapi mengapa dilakukan ke semua? Semestinya mereka punya target untuk digerebek. Polisi punya jajaran intel kan, yang bisa berkoordinasi dengan warga setempat, untuk menentukan TKP yang potensial. Kok semua di-gebyah uyah?

Kedua, bagaimana etika penggerebekan? mengapa di sebuah kos cewek, ada siswa SMA, ada mahasiswa, ada yang sehari-hari berjilbab, digunakan metode yang sama seperti menggerebek TKP kejahatan?

Ketiga, halooo dimana Pak RT, mengapa sampai tak tahu kami sudah melapor dan sudah mengumpulkan foto kopi KTP. "Wah, ini RT-nya baru," kata seorang bapak yang turut dalam penggerebekan. Jadi kalau RT baru semua data harus baru? Dimana letak pengalihan tanggung jawab? Kalau setiap RT baru buku administrasi harus baru, data-data harus baru. Dimana arsip RT? bagaimana manajemen pengelolaan RT? Apa karena ini kawasan kota sehingga pengurus boleh tak terlalu peduli pada warganya.

Ahh, sudahlah. Ceritaku ini anggap angin lalu saja. Di ujung cerita, aku hanya ingin berdoa, semoga acara gerebak kos yang dikatakan rutin itu tidak hanya menjadi agenda rutin tanpa hasil. Sayang rasanya, kalau acara yang sudah membuat banyak orang repot itu hanya berakhir pada kata rutinitas, tanpa hasil yang jelas.

Thanks :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun