kisah sebelumnya : part 2
Mbak Rani, mohon maaf kalau aku lancang mengirim pesan ini. Tapi aku rasa, suamimu sedang dekat dengan wanita lain….
Sebuah pesan singkat masuk ke ponselku tepat pukul 12 malam. Aku bangun dan meraih dan ponselku dari meja kecil di samping ranjang. Dengan mata masih setengah tertutup dan pikiran masih sebagian tertancap di alam mimpi, aku berusahamencerna tiap kata dalam pesan singkat itu. Tapi aku tetap tidak mengerti.
Suamiku selingkuh?! Itukah yang berusaha Susan katakan padaku lewat pesan singkat ini?! Well…, aku tidak percaya!!!
“Mas Janu….”
“Ya, Nda….”
“Kau masih terjaga?”
“Iya, masih banyak dokumen – dokumen yang harus dikerjakan. Semuanya harus disetor besok.”
“Tapi ini sudah jam 12 malam, Mas. Apa kau tidak lelah?”
“Sebentar lagi kok, Nda. Kau tidurlah dulu. Nanti aku menyusul.”
Oke!!! Ini sedikit mencurigakan. Bukan hanya malam ini dia terjaga sampai larut malam di depan laptop. Alasannya selalu sama, mengerjakan dokumen kantor. Tapi jujur saja, sepertinya aku mulai terpengaruh oleh pesan singkat yang baru saja Susan kirim padaku.
Kecemasanku memang beralasan. Pasalnya sudah dua kali malam minggu, Mas Janu hanya sibuk dengan laptopnya. Dan modem, selalu terpasang di bagian samping laptop. Kalau memang hanya mengerjakan tugas kantor, haruskah modem itu selalu terpasang? Aku rasa tidak. Mas Janu adalah editor layout majalah dan pemimpin redaksinya tidak pernah meminta hasil layout dikirim lewat email. Aku tahu hal itu dengan pasti karena pemimpin redaksinya adalah kakak kandungku sendiri.
“Boleh aku tanya sesuatu, Mas?”
“Tanya apa, Nda?”
“Entahlah. Aku sendiri bingung, Mas. Aku ingin bertanya, tapi aku tidak tahu apa yang harus kutanyakan. Hanya saja....”
“Nda…. Aku tahu kau sedang menaruh curiga besar padaku. Siapapun itu yang mengirim pesan singkat padamu beberapa menit yang lalu, pasti telah mengatakan sesuatu tentangku.”
“Dari mana kau tahu itu, Mas?”
“Tak perlu kau katakan apa – apa, aku sudah paham apa yang kau pikirkan tentangku, Nda.”
Benarkah itu?! Bahwa dia bisa membaca pikiranku?! Oh, Tuhan. Apa lagi ini?
Baiklah, sekarang aku benar – benar curiga pada suamiku sendiri. Penjelasan yang ia lontarkan sedikit berbau “oke, aku memang selingkuh, lantas kau mau apa?”.
Sebentar, aku hitung dulu. Sudah berapa tahun aku menikah dengannya. Satu bulan…, dua bulan…, tiga bulan…. Ah…, baru tujuh belas bulan. Dan dia sudah berani selingkuh. Sebegitu cepatnyakah dia bosan padaku? Seharusnya hubunganku dengan Mas Janu sedang mesra – mesranya. Dan sekali lagi, dia sudah berani selingkuh?!
“Nda….”
“Ya….”
“Siapakah yang kau percaya saat ini?”
“Entahlah, Mas.”
“Apa kau lebih percaya temanmu yang mengirim pesan singkat itu?”
“Tapi…, bagaimana kau bisa tahu apa isi pesan singkat itu?”
“Sudahlah, Nda. Kalaupun aku jelaskan, kau tidak akan percaya. Sekarang kau jawab saja pertanyaanku. Siapa yang lebih kau percaya saat ini?”
“Aku tidak tahu, Mas.”
“Nda…. Percayalah padaku. Aku butuh itu sekarang. Aku butuh kau percaya padaku. Tolong, jangan kau dengarkan riuh celotehan orang lain. Aku mohon.”
Dia memohon. Dia memintaku untuk percaya padanya. Apakah itu harus aku lakukan? Apakah harus aku percaya padanya?
Hmm…. Bukankah aku istrinya?! Tentu saja aku percaya padamu, suamiku….
berlanjut ke episode 4
sumber gambar dari sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H