Mohon tunggu...
Sekar Mayang
Sekar Mayang Mohon Tunggu... Editor - Editor

Editor. Penulis. Pengulas buku. Hidup di Bali. http://rangkaiankatasekar.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Julie Andrews's Note (Episode 9)

27 Maret 2012   06:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:25 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13328284911755739621

kisah sebelumnya di Episode 8

Hari ini adalah sidang pertama kasus Alicia Jensen. Dan sejak semalam, Julie hampir tidak dapat memejamkan mata untuk sekedar melepas penat. Ia tak henti – hentinya mencari celah untuk menjauhkan Alicia dari dakwaan jaksa penuntut umum. Ia punya satu alibi, tapi ia sendiri tak yakin ini akan berhasil.

“Kau sudah siap, Julie?” tanya Steve ketika duduk bersama untuk sarapan.

“Siap atau tidak, aku tetap harus menghadiri sidang itu, kan?!”

“Kau tenang saja, Julie. Aku tahu William pasti bisa membantumu. Ia seorang pengacara yang hebat.”

“Dari mana kau tahu kalau dia hebat? Apa kau selalu mengikuti setiap sidangnya? Apa kau tahu alibi apa yang sedang ia siapkan untuk Alicia?”

“Julie…. Ada apa denganmu?”

“Ah, sudahlah, Steve. Aku sedang tidak ingin berdebat denganmu pagi ini. Aku sudah cukup sibuk dengan pekerjaanku sendiri. Nanti, setelah semua urusan dengan kasus Alicia selesai, kita harus bicara lagi. Dan kita, harus benar – benar bicara. Aku tidak mau kau pergi begitu saja ketika kita sedang bicara. Aku serius, Steve. Benar – benar serius.”

“Oke. Jika itu maumu, aku menurut saja. Lagipula, apa sih yang hendak kau bicarakan? Bukankah sudah kukatakan, aku tidak pernah pergi bersama Kate Nolan. Aku memang mengadakan pertemuan dengan Robert Smith dari Glamms.”

“Steve…. Cukup. Aku tidak mau dengar itu sekarang. Aku pergi dulu. Jangan lupa kau sampaikan pada Nyonya Withmore untuk membayar tagihan listrik rumah kita.”

Julie meninggalkan ruang makan tanpa menyelesaikan sarapannya. Ia menyambar tas kerja yang sudah ia siapkan di meja dekat ruang tengah. Ia berhenti sebentar.

“Steve….”

“Ya….”

“Apa kau mengenal Kate Nolan?”

Steve menunjukkan raut wajah kebingungan dan ia berusaha kuat untuk menyembunyikannya. Tapi Julie tetap bisa melihatnya.

“Katakan saja, Steve.”

“Ti… tidak. Aku tidak mengenal Kate Nolan. Maksudku, aku tahu dia seorang aktris. Tapi aku tidak….”

“Sudahlah,” potong Julie. “Tak perlu kau teruskan. Hanya itu yang perlu kudengar.”

Satu tetes bulir bening sempat akan membuncah keluar dari sudut mata Julie. Buru-buru ia menghapusnya sebelum air mata itu benar-benar jatuh. Sedih dan geram sudah pasti ia rasakan. Itu sudah cukup membuktikan bahwa Steve memang sedang menjalin hubungan dengan Kate Nolan.

Di gedung pengadilan, William dengan cemas menanti kedatangan Julie. Berulang kali ia melihat ke arah jam tangannya. Dua batang rokok sudah habis terhisap dan nampaknya itu belum cukup mengusir gelisah yang meraja di diri William.

Julie muncul sepuluh menit kemudian.

“Jules…. Cepatlah.”

“Ada apa, Bill? Sidangnya masih dua jam lagi, kan?! Mengapa kau sampai berkeringat seperti itu?”

“Ayo, kita bicara di kafetaria saja.”

“Tidak. Kau katakan saja di sini. Ada apa?”

“Baiklah,” William agak memelankan suaranya. Ia nyaris seperti orang berbisik. “Aku mendengar,” sambungnya, “juri yang akan hadir di siding Alicia, adalah orang – orang yang antipasti terhadap gadis itu. Menurutku, itu bisa membawanya lebih cepat ke penjara.”

“Dari mana kau tahu itu, Bill?” Julie bertanya dengan penuh keterkejutan.

“Aku tidak sengaja berbincang dengan seorang pria. Ia tidak tahu kalau aku adalah pengacara Alicia, dan aku pun tak berniat mengatakannya. Pria ini mengaku dirinya adalah salah satu juri persidangan ini. Dia mengatakan bahwa Alicia hampir tidak punya peluang untuk lolos. Dan ia yakin, sebagian besar juri akan menyatakan Alicia bersalah.”

“Bill…. Itu hanya dugaanmu saja. Kau sendiri yang sejak lama menyemangati aku agar jangan menyerah. Tapi lihatlah sekarang. Kau malah berubah menjadi seorang yang pesimis.”

Tiga bulan kemudian…

Julie melangkah gontai keluar dari gedung pengadilan. Wajahnya pucat dari tangannya gemetaran. Tapi ia tetap berjalan menuju tempat parkir untuk mengambil mobilnya.

William merasa bahwa Julie sedang tidak sehat. Jadi ia menghampiri Julie dan menanyakan kondisinya.

“Jules…. Apa kau baik-baik saja? Kau kelihatan pucat sekali?”

“Aku tidak apa-apa, Bill. Sungguh,” Julie bersuara lebih pelan dari biasanya.

“Mau kuantar pulang? Aku pikir kau akan sulit menyetir dengan kondisimu saat ini, Jules. Kita pakai mobilmu saja. Nanti aku bisa naik taksi selepas mengantarmu pulang.”

“Tidak perlu. Aku baik-baik saja.”

Lalu…, bruuukk…. Julie pingsan.

--- to be continued ---

episode 10

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun