Suatu hari Fahmi mampir ke kios Sekar untuk membeli sekantong kripik jengkol. Tapi itu hanyalah kamuflase semata. Sebenarnya ia sedang melancarkan serangan rayuan maut kepada Ajeng. Ia amat berharap Ajeng mau menerima cintanya. "Ajeng...." "Iya, Kang...." "Ayahmu kerja di PLN ya?!" "Lho... kok tahu, Kang?!" "Iya. Karena kau telah sukses menyetrum hatiku dengan cintamu." "Ah, Kang Fahmi bisa saja." "Apa sih tidak kuberikan untukmu, Adindaku?! Tahukah kau bahwa aku hanya paham 3 rasa manis di dunia ini?!" "Apa saja itu, Kang?" "Yang pertama adalah gula. Yang kedua adalah madu." "Lantas yang ketiga?" "Yang ketiga adalah dirimu." Ajeng pun tersipu malu mendengar rayuan dari Fahmi. "Eh, apa betul ayahanda Kang Fahmi adalah nelayan?!" "Lho, kok tahu, Jeng?!" "Iya. Soalnya kemarin, pas aku ke pom bensin sama mbak Sekar. Petugas pom bensinnya titip pesan buat Kang Fahmi. Katanya, Kang Fahmi disuruh cepat melunasi utang solar yang menumpuk dari bulan lalu."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H