Pernah melewati pohon, atau bangunan atau tempat yang dianggap angker..? mungkin rata rata pernah, sering, kadang,atau tidak sama sekali. Kesannya memang sungguh berkesan, deg degan, keringat dingin, merinding disko, dan lain lain. Pada beberapa orang tertentu justru malah ketagihan dengan sensasinya. Bagi yang pernah melihat penampakan, itu adalah pengalaman luar biasa, luar biasa menakutkan. Reaksi yang paling sering setelah mengalaminya, adalah bercerita dengan orang lain, tentu dengan luapan perasaan menggebu. Bagi yang belum pernah, pasti berharap dalam dalam agar jangan mengalami “apes”.
Kenapa sih mereka hobby banget ngeledekin kita..? kenapa sih, dalam kondisi sedang tidak beribadahpun, mereka getol bahkan cinta mati banget bikin kita ketakutan, was was, dan kadang menimbulkan parno luar biasa..? Hebatnya, dengan komponen otak yang kompleks, kita malah memperparahnya dengan halusinasi, baik halusinasi visual, suara, rasa, hingga bau bauan. Apalagi kalo didukung dengan hari jum’at dan embel embel kliwon, wuiihhh...... malam akan terasa sangat panjang.
Setan, jin, demit, lelembut atau apalah sebutannya memang setia dengan hobby lama mereka, dan diyakini hobby ini ada sejak jaman Nabi Adam, turun temurun diwariskan hingga jaman sekarang, jaman BBM mau naik untuk kesekian kalinya. Mereka gak bosen bosen, mereka gigih, tak kenal lelah, bahkan mereka punya banyak sekali ide ide kreatif yang berkembang tiap saat. Team kreatif mereka memang sangat jago dalam memanagement hobby yang menggairahkan ini. Mereka akan berjingkrak dan tertawa kegirangan ketika berhasil membuat manusia ketakutan.
Kalo mau mengaitkan dengan masalah keyakinan , disebutkan bahwa golongan partai jin,setan dan dedengkotnya, mereka jauh tidak lebih baik ketimbang partai manusia. Manusia, makhluk yang paling sempurna. Lalu apa yang paling kita takutkan..? bukankah mereka dulu pernah diperintah untuk sujud penghormatan kepada kita..?Mungkin yang kita takutkan, bukan takut dibunuh setan, tapi takut karena rupa mereka yang buat level manusia sangat ngeri. Dan pula, wajah serem mereka, atau bagian tubuh mereka yang gak normal versi kita, sering muncul dengan tiba tiba, menimbulkan kaget luar biasa, belum lagi backsound ketawa dan erangan yang memacu imajinasi kita berkecepatan gigabyte. Alhasil... ketakutan, stress hingga gila. Jika pikiran kita kosong, maka sama saja kita mempersilahkan dia “masuk” dan merelakan “menggunakan” tubuh kita seenaknya.
Well, pesona mereka memang tiada duanya. Dingin. Suram, ngeri, dan takut. Saya punya cerita nyata, Pernah, ada seorang bos, bangsa asing yang mengepalai pabrik di kota purbalingga Jawa Tengah. Dia adalah orang yang sangat tidak percaya hantu, jin atau dunia gaib. Suatu malam, selepas pulang dari kantornya yang cuma bersebelahan, ia melepas lelah sambil duduk santai di sofa, dalam rumahnya. Tiba tiba channel tivi berubah ubah dengan sendirinya, dan sesekali off, sesekali on.
“Wah.. rusak ini Tivi” pikirnya.
Kemudian, disampingnya muncul wanita berbaju merah, muka belepotan merah merah, rambut berantakan sepinggang, melintas cepat. Si bos Cuma diam, tapi ia penasaran. Namun, ia tak mencoba cari tahu, malah ia beranjak tidur.
“Hei sur.. sini kemari..” panggil si bos padfa tukang kebun pagi harinya.
“iya pak bos..” Si Sur tergopoh gopoh mendekati si bos yang sedang ngopi ngopi ganteng di teras rumahnya.
“Itu.. ada ...semalam wanita baju merah... masuk rumah.., siapa..? pembantu baru..? kamu cari tahu kamu..” tanya bos terbata tak lancar bahasa indonesia. Si Sur yang sudah mengabdi selama 15 tahun itu, mengernyitkan dahi, sepersekian detik loading, akhirnya Si Sur paham, kuntilanak merah yang memang penunggu pohon beringin di samping rumah, mulai menampakan diri. Cerita lama sebetulnya.
“Oh.. iiyya yaa... itu temennya mbak marti, pembantu rumah ini yang baru..” Si Sur mencoba menutupi, karena tak mau berimbas Si Bos ketakutan dan berbuntut minta di temani tiap malam.
“Oh.. ya sudah.. hei Sur.. itu tivi rusak.. di betulin ya.. semalam hidup mati”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H