Mohon tunggu...
Sekar Ayu Advianty
Sekar Ayu Advianty Mohon Tunggu... -

sedang kuliah di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.. di jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota. :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Surabaya Padat? Tidak Lagi Jika Anda Pro-Hunian Vertikal

29 Oktober 2011   09:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:19 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hasil sensus penduduk 2010 Penduduk Indonesia tahun 2010 diperkirakan sekitar 234.2 juta. Menurut Sensus Penduduk 2000, penduduk Indonesia berjumlah sekitar 205.1 juta jiwa, dan menempatkan Indonesia sebagai negara ke-empat terbesar setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Sekitar 121 juta atau 60.1 persen diantaranya tinggal di Pulau Jawa, pulau yang paling padat penduduknya dengan tingkat kepadatan 103 jiwa /km 2. Penduduk Indonesia tahun 2010 diperkirakan sekitar 234.2 juta dan tidak lebih dari 238 juta jiwa.

Bagaimana dengan Surabaya? Surabaya adalah kota terpadat kedua di Indonesia, tentu saja setelah ibukota, Jakarta. Tempat kedua itu diraih setelah jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa,dengan  luas wilayah sebesar 374,36 km2. Surabaya mengalahkan  Kota Bandung yang merupakan  ibukota Provinsi Jawa Barat.

Penduduk yang terus bertambah ini akan berdampak langsung terhadap pembangunan Kota Surabaya sebagai kota Metropolitan. Dampaknya dapat berupa dampak negatif maupun positif, hal itu tergantung kita menyikapinya. Apakah kita akan tetap diam saja?mengingat lahan di Surabaya semakin habis sedangkan warganya terus beranakpinak. Beralihlah ke hunian vertikal! Sadarilah bahwa dunia kita semakin sempit dan kita butuh berpikir kritis dan bertindak.

Banyak pembangunan rumah susun di Kota Surabaya, namun ternyata pembangunannya berjalan di tempat. Para pengembang kurang berminat membangun apartemen rusunami bagi masyarakat ekonomi bawah karena harga lahan tanah di perkotaan yang mahal, sementara nilai jual rumah susun masih dipatok dengan harga maksimal hanya Rp 144 juta per unit. Harga ini tergolong murah pada jaman sekarang ini. Tapi mengapa proyek ini terkesan  jalan di tempat? KITA! Karena kurangnya minat warga Surabaya pada hunian vertikal,  itulah yang membuat pengembang berpikir beberapa kali sebelum menerima perintah Menteri Negara Perumahan Rakyat untuk membangun Rusunami  di Surabaya.

Padahal, bila pembangunan dapat rumah susun dapat didukung, maka permasalahan kependudukan di Surabaya dalam hal hunian akan terminimalisir, tinggal kesadaran kita akan masa depan anak cucu kita.apakah anda rela mereka akan tinggal di daerah-daerah yang  Dengan harga yang terjangkau, fasilitas disediakan pemerintah setempat, masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah dapat menikmatinya,  takperlu lagi tinggal di stren kali, slum area, hunian ilegal atau bahkan informal, Kota Surabaya menjadi lebih teratur, indah, dan menjadi kota metropolitan yang sebenarnya.

Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi??

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun