Namun, tiba-tiba, di tengah laut lepas daratan pun tidak terlihat dari kapal . Dari kejauhan terlihat awan hitam yang menggumpal dan angin semakin memburu. Badai mendekat dengan cepat, mengubah keadaan perjalanan yang awalnya damai menjadi penuh tantangan. Gelombang besar mulai menerjang kapal, membuat perjalanan Tari menjadi berliku-liku. Kapal meliuk-liuk menghadapi badai yang mendera, dan suara angin bersahut-sahutan dengan gemuruh ombak.
Tari, yang semula menikmati perjalanan dengan penuh semangat, kini merasa tegang. Ia mencoba tetap tenang sambil berdoa dalam hati memegang erat pegangan di kapal, memandangi badai yang akan datang dan melihat laki -laki itu. Dengan sigap Tari mengambil pelampung dan memakainya dan berteriak " hei, pakai pelampum mu juga" laki-laki itu melihat sekilas langsung memakai pelampung nya
Dalam kepungan badai yang mendadak itu, Tari mencoba untuk tetap tenang dan mengingat nasihat ibunya. "Ini adalah bagian dari perjalananmu menuju impian, Nak. Teruslah maju meskipun badai datang," gumamnya, mencoba mencari keberanian di tengah-tengah kekacauan ini.
Saat badai menerpa dengan ganas, Tari terdiam dan merenung. Mungkin ini adalah ujian pertama dari sekian banyak perjalanan yang akan dihadapinya. Dengan tekad yang kuat ia berusaha sekuat tenaga untuk berpegangan , Tari bersiap untuk menghadapi badai ini dan memastikan bahwa di balik setiap gelombang, masih ada harapan untuk terus berlayar menuju pulau seberang dan mewujudkan mimpinya.
Namun, ternyata segalanya tidak sesuai dengan harapannya. Kapal terombang-ambing di antara gelombang badai yang terus-menerus menerjang. Mentari berjuang keras untuk tetap berpegangan pada kabal terbalik itu , dengan ombak yang silih berganti menerjang tubuhnya. Namun, kesadaran Tari perlahan-lahan mulai memudar.
Di Pulau Terpencil
Terombang-ambing oleh gelombang badai yang ganas, Mentari merasa tubuhnya terhempas dengan keras. ia merasakan sakit yang sangat luar biasa pada kepalanya dan dada nya sesak , setelah berhasil mengendalikan tubuhnya
Mentari terdiam, tercengang oleh keadaan sekitar. Berusaha memfokuskan pandangan nya yang masih samar-samar , sinar matahari membuatnya menyipitkan pandangan matanya . Kemudian dia melihat sebuah pulau yang penuh misteri. Pasir putih bersih terhampar di sepanjang bibir pantai, sementara hutan lebat menjelajah ke dalam pulau. Beberapa reruntuhan kapal terlihat berserakan di sekitar, mengingatkan Mentari pada peristiwa mengerikan yang baru saja terjadi.
Keterkejutan dan kehilangan menguasai pikirannya. Tanpa alat komunikasi atau jejak manusia di sekitar, Mentari merasa sendirian di pulau ini. Di tengah keheningan, hanya suara ombak dan angin yang menyusup ke telinganya. Ia mencoba mengingat kembali momen terakhir sebelum hilangnya kesadaran di atas kapal yang terombang-ambing.
Tiba-tiba, sebuah keputusan muncul dalam pikiran Mentari. Meskipun terdampar dan kehilangan segalanya, ia merasa tekadnya tidak boleh surut. Ia memilih untuk bangkit dari keterpurukan, mencari cara untuk bertahan hidup, dan mungkin, menemukan harapannya kembali di pulau ini. Dengan langkah guncang, Mentari memulai perjalanan mencari apapun walaupun dia , tidak tahu apa yang menanti di balik hutan dan bukit pulau yang misterius ini.
Dalam perjalanannya di pulau yang misterius, Mentari tak terduga menemui seseorang, seorang lelaki yang tampaknya juga terdampar di pulau ini. Lelaki itu, yang ia lihat bersamanya dikapal itu , sedang duduk di tepi pantai dengan tatapan kosong ke arah laut.