Mohon tunggu...
Syahdi Nugraha Kadafi
Syahdi Nugraha Kadafi Mohon Tunggu... -

BAPIN ISMKI DIvisi PMC Ketua Bidang Kajian Strategis HIMA KU UNDIP 2015 Ketua Bidang Kebijakan Publik BEM FK UNDIP 2016

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Komunikasi: Simple namun Kompleks

21 April 2016   07:00 Diperbarui: 21 April 2016   07:09 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

“Cita-cita bangsa Indonesia untuk memajukan kesejahteraan umum ada di tangan kita sebagai seorang tenaga medis. Kemajuan suatu bangsa berawal dari sehatnya bangsa tersebut, kesehatan bukanlah segalanya namun tanpa kesehatan bagaimana kita dapat bekerja dan memajukan bangsa ini.”

Manusia dianugerahi banyak sekali bahkan tidak terhitung kenikmatan, salah satunya adalah nikmat berkomunikasi. Kita dapat menerjemahkan setiap pikiran ke dalam kata-kata yang mudah dimengerti. 

Sebagai mahasiswa kedokteran yang diharapkan dapat menjadi dokter panutan haruslah ahli dalam mengelola dan mengasah kemampuannya dalam berkomunikasi efektif dengan pasien. Profesionalitas seorang dokter dalam menangani pasien tercermin dari cara berkomunikasi yang menentukan bagaimana pasien tersebut mendapatkan penanganan.

 Dalam dunia kedokteran, komunikasi ibarat sebuah rakit untuk mencapai ke pulau tujuan yaitu kesehatan. Menurut teori, 60% diagnosis sebuah penyakit dapat lahir dari anamnesis atau wawancara kepada pasien. Bagaimana pasien dapat mengerti dan patuh selama menjalani terapi apabila kita gagal dalam berkomunikasi? Lalu apakah tujuan menyehatkan bangsa dapat tercapai? Sudah saatnya kita bergerak dan beraksi.

 Perkembangan zaman membawa kita ke arah globalisasai dan saatnya menghadapi perdagangan bebas yang dikemas dalam AFTA (ASEAN Free Trade Area). Semua profesi sudah mempersiapkan dan berbenah diri untuk tetap dapat memberikan pelayanan prima. Profesi tenaga medis adalah salah satu yang telah mempersiapkanya mulai dari penyetaraan standar, pengembangan dan persiapan di tingkat pendidikan, dan juga peningkatan profesionalitas yang semua telah diupayakan oleh segenap stake holder. Dibandingkan dengan negara lain di ASEAN, tingkat kemampuan dokter Indonesia tidak jauh berbeda. 

Namun, dalam hal komunikasi efektif dokter Indonesia masih kalah dengan dokter Filipina ataupun Singapura yang dinilai mampu melakukan komunikasi yang jauh lebih baik dari dokter kita. Cara memperlakukan pasien, mendengarkan keluh kesah, dan cara menyampaikan hasil diagnosis dokter kita masih perlu dibenahi lagi agar hasil yang keluar dapat maksimal. 

Dapat dibayangkan juga ketika AFTA sudah berjalan penuh, invasi dokter dan rumah sakit dari luar negeri tak dapat dielakan lagi, maka akan sangat disayangkan apabila kita tidak mampu bersaing di rumah sendiri karena permasalahan simple yaitu komunikasi. Itu baru AFTA, belum lagi tuntutan terus mengalir berdatangan kepada tenaga medis yang tentu dapat kita perbaiki dengan meningkatkan profesionalitas salah satunya dalam berkomunikasi efektif.

Masa depan dalam genggaman tangan kita, kita wajib untuk berusaha maksimal. Mari kita tingkatkan kemampuan kita dalam berkomunikasi efektif kepada setiap orang mulai dari sekarang. Ayo kita bangun bangsa ini dengan jerih payah dan peluh keringat kita sebagai bukti totalitas mengabdi dan cinta kepada negeri.
Let’s start comunicate effectively from now guys!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun