Mohon tunggu...
Seir HaidahHasibuan
Seir HaidahHasibuan Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Berpisah dengan Orang Tua

11 Februari 2024   21:58 Diperbarui: 11 Februari 2024   21:59 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Berpisah dengan Kedua Orang Tua
Menggapai harapan-139

@Cerber

Amir dan Sita melangkah menuju halaman Ibu Amir mengikuti dari belakang.
Sesampai di mobil, Sita berpamitan lagi kepada Ibu Amir calon mertuanya.
"Baiklah nak, sampaikan salam saya kepada ibumu," pesan Ibu Amir.
Dita mengangung sembari melengkungkan bibirnya. Ia pun masuk ke dalam mobil.
"Hati-hati Nak membawa mobilnya," titah ibunya.
Amir melajukan mobilnya meninggalkan ibunya.
Ibu Amir masuk kembali setelah mobil anaknya sudah jauh melaju.
"Nasib baik tadi mereka tidak celaka, uuhh," ibu Amir bermonolog di benaknya.
Sembari menyetir tangan kiri Amir tetiba meraih dan menggenggam  tangan Sita.
Tersentak Sita saat tangannya digenggam oleh Amir. Jantungnya berdegup tak menentu.
"Dik, kita berdoa ya, semoga rencana pernikahan kita lancar," ucapnya sembari mencium tangan Sita.
"Amin," balasnya singkat.
Dia pun perlahan  melerai tangannya dari genggaman Amir. Takut terjadi sesuatu.
"Kenapa dik dilepas tenang saja aku tidak akan berbuat yang lain," tanya Amir lirihnya.
Malam semakin bergulir penerang jalan menuju desa Sita masih langkah namun, cahaya rembulan  menerangi perjalanan mereka.
"Lihat dik, betapa indahnya rembulan di atas sana, seolah-olah menyaksikan kita berdua. Rembulan yang indah dan catik seperti dik Sita," ungkap Amir menggoda.
Sita tersipu malu diabuatnya.
Jaman itu kendaraan masih langka, hanya sesekali kendaraan roda dua berpapasan dengan mereka.
Kembang desa yang cantik dan sederhana itulah tang membuat Amir semakin mencintai Sita.
"Dik kalau sudah menikah nanti kita akan tinggal di kota berpisah dengan kedua orang tua kita namun, kita akan sering mengunungi mereka," ungkap Amir.
"Tetiba Sita menjadi sedih tidak terpikirkan sebelumnya kalau dia berpisah dari  orang tuanya. Netranya sembab dan akhirnya jatuh membasahi pipinya. Amir yang menyadari Sita menangis ia pun menepikan mobilnya.
"Maaf dik, kalau perkataanku tadi membuatmu sedih," ucap Amir sembari memeluk Sita dan meminta maaf.
"Tidak apa-apa Mas, Sita hanya membayangkan jauh dari orang tua," balasnya sembari mengusap buliran bening di pipinya.
Bersambung....
Jakarta, 11 Pebruari 2024
Salam hangat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun