Mengikuti Ujian Akhir
@Cerber
Buruh Tani-1
Semilir angin lembut menyapa raga, Â beberapa anak perempuan melerai rambutnya dari wajah yang tertiup angin. Dengan senyum tipis menghiasi wajahnya.
"Bisakah kuraih impianku?
Mungkin itu pertanyaan di benaknya.
Sita, salah satu nama gadis kecil yang duduk diantara teman-temannya. Raut wajahnya yang tidak secerah dari teman-teman yang duduk bersamanya.
Teringat akan keadaan orang tuanya yang hanya buruh tani. Mencari sesuap nasi dari pekerjaan yang tidak menetap. Jika ada petani yang perlu tenaga, orang tua Sita dengan senang hati menerimanya.
Sita dan teman-temannya yang kini mengikuti ujian akhir di kelas 6 menunggu bel masuk, mereka bercerita satu dengan lainnya tentang sekolah yang akan mereka tempuh usai kelulusan nanti. Sita hanya melengkungkan bibirnya saat ditanya temannya yang bernama Citra.Â
Citra anak orang berada. Ayahnya juragan tanah di kampungnya. Seisi  kampung sudah mengenal orang tuanya. Orang memanggilnya Juragan Tono. Nama lengkapnya Surtono. Istrinya bernama Leisa. Bu Leisa orangnya catik dan ramah. Orang di kampungnya sangat senang bila bertemu dengannya. Siapa saja yang menyapanya selalu dibalas dengan senyumnya. Walau Bu Leisa istri juragan tanah namun, ia tidak sombong.
Jurangan Surtono orangnya tegas, tidak boleh ada yang berani macam-macam kepadanya.
"Sita, setelah lulus dari SD kamu mau melanjut ke mana?" tanya Citra yang duduk di sampingnya.
Sesaat Sita terdiam. Dia tidak tahu harus menjawab apa.
"Hm, entahlah Citra aku belum terpikirkan. Makan sehari-hari saja kami sudah kewalahan apa lagi mau lanjut sekolah," jawab Sita sambil menunduk.
"Maaf ya Sita kalau pertanyaanku membuatmu sedih," sambung Citra.
"Tidak apa-apa Citra."