Mengutarakan Isi Hati Yang Sudah Lama Terpendam
Luka Yang Mendera 21
#Tagur 108
Kirin yang duduk berhadapan dengan Gino, merasa gelisah. Dia berusaha menenangkan hatinya dari jantung yang berdebar tak menentu.
"Silakan Mas," ucapnya kikuk.
Gino menyeruput kopi yang disuguhkan kepadanya, sembari netranya melirik Kirin. Pandangan mereka beradu, tetiba Kirin menunduk ia merasa malu. Keheningan menyelimuti mereka.
"Dik, minumnya mana? kok Mas sendiri yang minum," ucapnya memecah keheningan.
"Hm, tadi sudah minum, Mas," balasnya.
Sejak pertemuan mereka di Mall, dan Kirin sudah menceritakan masalahnya dengan Dino suaminya, Gino merasa bersalah. Sebenarnya dia selalu mencari keberadaan Kirin namun, dia tidak menemukannya. Gino tidak tertarik untuk menikahi wanita lain, hanya Kirinlah yang berlabuh di hatinya.
"Dik, Mas tidak perlu berbasa-basi lagi, Mas ingin mengutarakan isis hati yang sudah lama kupendam. Mas, ingin melamar Dik Kirin," imbuhnya.