"Ya, Bu, moga lancar."
Usai makan mereka tidak lupa ke kamar kecil lebih dahulu, takut sepanjang perjalanan susah menemukan pombensin.
"Sudah bisa kita jalan Bu, pastikan tidak ada yang tertinggal," kata Hery sembari ke posisinya menyetir mobil.
"Ya, Pa, kuta jalan," sambung Bu Lia.
Sepanjang malam bu Lia tidak bisa terlelap, saat ini netranya terasa berat. Tidak bisa menahan kantuknya.
"Pa, aku tidur sebentar ya, sudah tidak kuat lagi," izinnya ke pada Hery sembari mengatupkan kelopak netranya. Bu Lia pun langsung terlelap. Hery merasa kasihan kepada istrinya yang siaga menjaga jedua anaknya.
 Pelabuhan Merak sudah sampai, petugas memeriksa jumlah orang yang ada di mobil Pak Hery setelah karcis diberikan. Sesuai jumlah yang tertera di karcis, petugas mengizinkan mobil mereka berjalan.
"Bu, bangun sudah sampai. Kita akan naik ke kapal Ferry," serunya sembari menyentuh tubuh Bu Lia. Tersentak Bu Lia, ia pun bangun.
 "Oh, kita sudah sampai rupanya Pa, aku lelap sekali tidurnya," balas Bu Lia sembari beranjak dari tempat duduknya. Dia membuka pintu samping mobil lalu membangunkan kedua anaknya. Pak Reyhan menggendong Lory, sedang Bu Lia menggendong Osal sembari menyandang tas yang berisi minuman dan makanan buat anaknya. Dengan menaiki tangga mereka masuk ke dalam kapal Ferry. Ternyata penumpang sudah banyak. Pak Hery melihat ruang Ferry  mencari bangku yang kosong.
"Ayo, Bu, di ujung sana masih kosong," ucapnya.
Mereka melangkah menuju bangku yang kosong. Lory dan Osal pun di turunkan dari gendongannya.