Penantian di Ujung Rindu-21Â
Kembali Sepi
"Malam semakin merangkak, Lia tidak bisa terpejam. Dia harus memantau Lory yang sedang demam. Mengompres Lory itulah yang dilakukannya berharap demamnya bisa turun. Esok pagi mereka sudah harus berangkat pulang. Tetiba bunyi alaram di HP nenek terdengar berulang-ulang, nenek bergegas beranjak dari pembaringannya. Tak lupa nenek melantunkan doa untuk mengucap syukur. Nenek melangkah menuju kamar Lory ingin mengetahui keadaan cucunya. Perlahan tangan nenek meraih gagang pintu.
"Krek," pintu terbuka.Â
Nenek melirik ke dalam, Lory terlihat pulas. Tangan nenek mendarat di kening cucunya ternyata sudah tidak hangat lagi. Rasa kuatir hilang dari benak nenek
Lia masih terlelap dalam mimpinya, semalaman dia terjaga menemani Lory anaknya. Nenek melangkah meninggalkan kamar Lory menuju dapur. Bekal untuk cucu harus dipersiapkan. Sup dan daging ayam untuk kedua cucunya sudah dimasukkan ke dalam termos kecil agar tetap panas.
"Bekal untuk kedua cuc nenek sudah siap.
Osal adik Lory baru selesai dibersihkan tubuhnya sedang Lory belum bisa, demam di tubuhnya belum sembuh. Usai makan bersama, kakek melantunkan doa untuk kepulangan anak dan cucunya.
"Ma, kami berangkat dulu ya, tetap bawa dalam doa, agar Lory sembuh dari demamnya," ungkap Lia kelu.
"Ya, sayang Tuhan menyertai perjalanan kalian hingga sampai dengan selamat," balas Nenek sembari memeluk anaknya. Menantu juga melangkah mendekat kakek dan nenek lalu menyalami dan mencium punggung tangan mertuanya