Kupeluk Mama Yang Diam Membisu
"Mamaaa," aku menangis histeris saat mendengar kepergianmu.
Harapan dan rencana bertemu mama pupus sudah.
Setelah kepergian bapak ke pangkuan Bapa di Sorga, mama tinggal bersama menantu tertua. Mama dan kakak ipar sama-sama janda.
Kakak ipar sudah sering sakit-sakitan mungkin karena kelelahan bekerja di sawah. Dari sebelum fajar menyingsing dia sudah berangkat dan pulang saat senja tiba.
"Menantu, jaga kesehatanmu jangan terlalu dipaksa bekerja," mama menasehati.
 Mama yang sudah berusia 91 tahun, tidak dapat membantu kakak ipar bekerja. Lama kelamaan sakit kakak ipar semakin parah dan akhirnya Ia meniggalkan mama untuk selama-lamanya
Tinggalah mama seorang diri, tanpa ada yang menemani. Kami anak-anak mama tak satu pun yang bersedia pulang. Miris rasanya hatiku saat tidak  seorang pun anaknya yang pulang menemaninya.
"Benar kata orang bijak!"
Seorang ibu bisa merawat sepuluh anaknya namun, sepuluh anak belum tentu bisa merawat seorang ibu.
Kecewa menyelimuti hatiku, sementara aku juga tidak bisa pulang karena tugas negara yang kuemban. Akhirnya salah satu cucu mama dengan ikhlas menemani mama. Sementara dia masih kuliah.