Mohon tunggu...
Hanif Nur Azhar
Hanif Nur Azhar Mohon Tunggu... -

残り物には福がある(Nokorimono ni wa fuku ga aru)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Nonton Anime kok Dibilang Anak Kecil?

27 Juli 2011   06:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:20 1373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

" Kok masih nonton anime ma baca manga sih, itu kan buat anak anak!"

Kata kata itu sering terlontar oleh kerabat kerabat dekat saya ketika saya menonton anime, padahal menurut saya bahkan apa yang saya tonton itu benar benar tidak ada unsur untuk anak anaknya.

Lalu, kok bisa dikatain anak kecil sih nonton anime atau baca manga?

Mula mula, saya akan memaparkan definisi dan sejarah singkat Anime dan tersebut berasal

Anime (アニ)biasanya digunakan untuk mendefinisikan film animasi yang berasal dari negara matahari terbit. Film animasi Jepang pertama kali diketahui pada tahun 1917 dan banyak film film animasi yang kemudian diproduksi di sana. Kemudian pada tahun 1970, terutama dengan karya Osamu Tezuka, kemudian tersebar ke penjuru dunia pada tahun 1980. Osamu Tezuka adalah “ Godfather of Anime” atau perintis anime di negara Jepang, dan disamakan oleh orang orang Jepang sebagai Walt Disney. Karyanya yang produktif, teknik visualisasi yang dipelopori olehnya, dan tema tema inovatif yang ia ciptakan membuat ia dijuluki sebagai “ God of Manga” atau “ Manga no Kamisama”.

Kenapa dikatakan ‘hanya untuk anak anak?’

Tayangan di televisi selalu berputar diantara seri Pokemon, Doraemon, Dragon ball, Naruto dan lain lain, dan anehnya tayangan tersebut selalu diputar dan tidak pernah beres dan berlanjut. Bahkan diulang dari awal lagi seperti Dragon Ball dan Naruto. Dan terkadang saya ingin tertawa melihat iklan tayangan Naruto mengatakan, “ Naruto episode baru dan lengkap!” padahal di Jepang saja Naruto belum sama sekali tamat. Apakah karena tidak mampu membeli lisensi penayangannya kah?

Kembali ke masalah, karena seri seri tersebut selalu dikhususkan oleh anak anak dan mayoritas penotonnya anak anak, otomatis orang dewasa awam pun bilang, kalau kartun itu untuk anak anak. Pengaruh kartun produksi barat juga turut andil mempengaruhi paradigm berpikir kita bahwa anime itu untuk anak anak. Satu hal yang harus ditekankan adalah, jangan pernah mencampuradukkan kartun produksi barat dan anime buatan Jepang. Itu juga yang membuat pola pikir masyarakat Indonesia yang menyamaratakan kartun produksi barat dengan anime Jepang, mengatakan bahwa anime itu untuk anak anak.

Lalu, bukti apa yang mengatakan kalau anime tidak hanya untuk kalangan anak anak?

Pertama, mari kita meninjau 2 contoh seri anime yang pernah ditayangkan di televisi Indonesia yaitu Gundam (Gundam SEED Destiny) dan Evangelion. Kedua seri tersebut sekilas menampilkan robot fiksi yang saling bertarung satu sama lain dan otomatis robot robot animasi tersebut langsung diidentikan oleh tontonan anak anak. Lalu, apa bedanya dengan film animasi Transformers yang kemudian dijadikan Live Action?

Sebenarnya, kalau kita menggali dan menonton Gundam SEED Destiny lebih dalam, sebenarnya ada adegan pembunuhan dengan darah dimana mana, serpihan tangan atau kaki yang terpisah dari tubuh, pilot Gundam yang mati karena kokpit nya ditikam oleh senjata dan tubuh hancur. Selain itu, adegan nude (walau detil tubuh tidak digambarkan dan hanya atas saja) ditayangkan di seri tersebut. Dan lucunya, ada episode yang banyak adegan nudity ditayangkan di televisi dengan sensor yang sedemikian hebat sehingga dari 23 menit 1 episode yang ditayangkan terpotong hingga 12 menit penanyangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun