Mohon tunggu...
Sehat Ihsan Shadiqin
Sehat Ihsan Shadiqin Mohon Tunggu... profesional -

Menulis Itu Sehat, Sehat Itu Menulis\r\n

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Teman

7 Juni 2010   16:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:41 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan teman dalam mengarungi kehidupan. Teman akan memberikan warna dalam kehidupan. Teman bisa jadi manusia sebagai individu, namun bisa jadi sebuah kelompok sosial di mana kita hidup, beramal dan bekerja. Mereka laksana rambu yang menuntun dan menunjukkan ke mana langkah akan kita ayunkan. Karenanya, salah memilih teman akan menjadikan jalan kita keliru dan bahkan tersesat. Kebajikan yang kita inginkan, malah kejahatan yang menjadi perilaku seharian kita. Ibnu Ataillah dalam Al Hikam berpesan: "Janganlah engkau berteman dengan orang yang pembicaraannya tidak membangkitkan semangatmu dan perilakunya tidak memotivasi kamu berbuat baik di jalan Allah." Sebab teman yang demikian justru akan menjerumuskan kita ke dalam kehancuran. Memilih teman adalah baik, namun tidak baik kalau memilih-milih teman. Memilih teman berarti menentukan orang yang akan menjadi pengangkat tanda untuk jalan kebajikan yang kita tempuh. Terkadang kita telah melakukan sesuatu yang buruk, namun di mata kita itu sebagai kebajikan, sebab kita terbiasa dengan keburukan-keburukan yang lebih buruk lagi. Pandangan kita telah terhijab oleh teman yang ada di lingkungan kita hidup. Dalam pepatah lama Nusantara disebutkan, berteman dengan tukang besi, membuat kita ikut merasakan panas dan lengkingan pukulan palunya. Namun berteman dengan penjual minyak wangi membuat kita ikut merasakan kesegaran aromanya. Tentu ini sebuah kiasan saja, tentang betapa teman akan mewarnai perjalan kita. Apakah anda pernah mendengar kisah Ashabul Kahfi? Tujuh pemuda yang tertidur ratusan tahun dalam sebuah gua untuk menyelamatkan iman dari raja yang zalim. Bersama mereka ikut seekor anjing pincang. Alkisah, di akhirat kelak anjing tersebut akan mendapatkan balasan yang baik, seperti balasan untuk tujuh pemuda kahfi, hanya karena ia berteman dengan para pemuda.Apatah lagi manusia. Temannya akan menuntunnya menjalani jalan yang terang atau kegelapan. Selamat malam dan selamat istirahat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun