Mohon tunggu...
Sehat Ihsan Shadiqin
Sehat Ihsan Shadiqin Mohon Tunggu... profesional -

Menulis Itu Sehat, Sehat Itu Menulis\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Stress? Berzikirlah Sejenak!

19 Mei 2010   09:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:06 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ubat atee Allah...allah... Ubat sosah rame ceudara.... (obat hati mengucapkan allah...allah obat susah menjalin silaturahim) -pepatah Aceh- Stress bukanlah penyakit yang asing bagi manusia. Semua pernah mengalaminya. Sebab manusia tercipta built in dengan potensi untuk stress. Namun demikian tidak semua orang stress karena alasan yang sama. Hal ini berkaitan dengan "imun" yang dimiliki masing-masing individu. Sebagai orang stress dengan suatu keadaan, namun yang lain malah menjadikannya sebagai hiburan. Di sana ada cara pandangan yang berbeda. Cara pandangan juga berkaitan dengan pengalaman masa lalu, pendidikan dan lingkungan di mana seseorang dibesarkan dan di mana ia hidup. Dalam konteks kehidupan modern saat ini, gaya hidup masyarakat memang cenderung membawa kepada stress. Hal ini tidak terlepas dari pandangan dunia yang memposisikan uang sebagai tujuan utama pekerjaan, relasi sosial, aktifitas sehari-hari, bahkan membina persahabatan. Seorang memilih melakukan sesuatu selalu dibayangi oleh "berapa banyak uang" yang dapat ia peroleh dengan tindakan tersebut. Keputusan akan dibuat berasarkan jumlah "uang" yang dihasilkan dari tindakannya. Cara pandang ini menjadi sangat dominan dalam kehidupan saat ini. Dan ketika proses dan usaha untuk mewujudkan cara pandangan ini terganggu, maka manusia menjadi stress. Sebagai manusia normal maka kita ingin stress segera hilang dan kehidupan yang normal kembali datang. Banyak jalan yang dilakukan manusia. Beberapa diantaranya bahkan dengan melakukan tindakan penyelesaian instant yang secara cepat memang menghilangkan stress, namun dalam jangka waktu lama malah menimbulkan masalah yang lebih kompleks sehingga menimbulkan stess yang lebih banyak lagi. Alih-alih menyelesaikan masalah, cara yang negatif ini malah menjadi petaka buat dia sendiri. Ada juga yang dengan sadar melakukan upaya menghilangkan stress, misalnya dengan melakukan konsultasi pada psikolog, atau berobat secara medis, atau curhat pada teman-teman. Penyelesaian stress dengan cara "baik-baik" ini pada dasarnya bermuara pada pengakuan dan kesadaran diri. Kalau anda pergi ke psikolog, maka ia tidak bisa berbuat apa-apa kalau anda tidak menceritakan masalah yang anda alami. Demikian juga pada dokter dan curhat pada teman-teman. Anda, baik secara langsung atau tidak, mesti menceritakan -bahkan kalau mungkin sedetail-detailnya- tentang masalah yang sedang anda hadapi. Menceritakan ini tentu dengan harapan mereka mengerti dengan masalah anda lalu menjelaskan atau memberikan pemikiran yang mungkin bermanfaat untuk menyelesaikannya. Penyelesaian akhir tetap ada di tangan anda sendiri. Andalah yang akan memilih, melanjutkan stress, atau beranjak sembuh. Dalam ajaran agama-agama, kesadaran diri dengan instrospeksi merupakan salah satu cara yang dianjurkan untuk mendapatkan kedamaian hati. Melihat ke dalam, dalam diri sendiri, dalam hati yang menjadi penggerak keseluhan perilaku dan tindakan yang kita lakukan. Dengan melihat ke dalam kita akan dapat menempatkan diri dalam tatanan lingkungan yang lebih luas dan beragam. Melihat diri kita akan menyadari di mana kita sekarang dan mau ke mana. Bagaimana kita sekarang dan bagaimana di masa depan. Kesadaran ini akan muncul jika kita benar-benar mau menyadarinya, mau mencari dan mengetahui, bukan sekedar merasa sesaat yang kemudian hilang lagi. Islam mengajarkan zikir, yakni mengingat Allah. Dalam agama lain ada juga zikirnya dengan jalan dan cara yang berbeda. Zikir adalah mencoba meneropong apa yang kita alami dan kita rasakan dengan perspektif nurani sambil menyerahkan diri pada kekuasan mutlak Tuhan yang berada pada posisi menentukan hidup kita. Kesadaran mutlak dan penyerahan total ini akan menimbulkan sebuah keyakinan bahwa keberadaan kita di dunia adalah sebuah keniscayaan dan bukan suatu hal yang sia-sia. Dari sisi positifnya, kesadaran ini akan memberikan kikta semangat untuk berusaha dan menjani hidup lebih mulia dan terhormat, membakar semangat dan mendorong kita untuk melakukan yang terbaik. Zikir dalam normalnya memang dilakukan dengan cara khusus, misalnya setelah shalat, tengah malam, saat puasa dan lain sebagainya. Namun yakinlah kalau zikir sesungguhnya bisa dilakuakn di mana saja. Setiap orang boleh memilih zikir yang ia sukai. Dalam Islam banyak cara orang berzikir, misalnya dengan mengucapkan hamdalah, basmallah, tasbih, tahmid, atau mengulang asmaul husna. Setiap orang sebaiknya memilih sebuah zikir yang ia kuasai dan yang paling "cocok" dengan keadaan hatiya. Dan zikir itu pula yang ia praktikkan. Saat bekerja dan stress, maka luangkan waktu barang beberapa menit untuk melakukan zikir. Mungkin satu atau lima menit saja. Pejamkan mata dan menundukkan kepala sampai dugu menyentuh dada (kalau bisa). Ucapkan zikir-zikir tersebut dengan pelan. Bisa dilafalkan dalam hati bisa juga dengan sedikit berdesis sampai didengar oleh telinga sendiri. Dan jika anda merasa sudah sedikit tenang maka lanjutkanlah pekerjaan. Lakukan setiap hari, bisa teratur atau tidak. Pilihah waktu yg tepat agar anda benar-benar bebas dari rasa stress. Insyaallah Semoga bermanfaat! salam, Sehat Ihsan Shadiqin Sumber gambar: Satu dua

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun