[caption id="attachment_142585" align="alignleft" width="334" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Saya bikin tanda tanya di kata 'penipuan' karena saya tidak bisa pastikan apakah ini benar-benar penipuan atau bukan. Ceritanya begini. Sudah dua hari saya menginap di apartemen teman di Pavia, sebuah kota bergaya abad pertengahan di Selatan Milan. Teman saya pergi bekerja. Dari pada tidak ada kerjaan di rumah, saya mencoba jalan-jalan keliling kota Pavia. Apalagi Pavia tidaklah terlalu besar. Dengan berjalan kaki saja kita bisa menggapai sebagai besar daerah perkotaannya. Sekarang mulai musim dingin. Sore ini udara di Pavia sekitar 12 derajat. Sangat dingin bagi saya orang Aceh yang biasanya panas. Saya mengenakan jaket tebal dan celana jeans tebal. Meskipun masih terasa dingin, namun itu sudah sangat membantu menghangatkan tubuh. Baru berjalan beberapa langkah di jalan utama (50 m dari pintu apartement) saya dipanggil oleh seorang lelaki paruh baya dari dalam mobil (yang menurut saya sangat bagus). Ia membuka kaca. Orangnya nampak sangat bersih, pakai dasi tanpa jas. Ia menyapa saya dengan bahasa Italia. Non parlo italiano. Saya bilang kalau saya tidak bisa bahasa Italia. Dia lalu berbicara bahasa Inggris (bahasa Inggris logat Italia yang agak sulit bagi saya). Dia menanyakan asal saya. Setelah saya bilang dari Indonesia, ia melancutkan bicaranya. Katanya ia berasal dari Venesia dan pergi ke Milan dalam rangka tugas kantor. Tugasnya sudah selesai dan ia harus segera kembali ke venesia. Malam ini ia harus sudah ada di sana karena ada hal yang snagat penting untuk dikerjakan. Tapi ia kehabisan minyak mobil. Dia punya kartu kredit, tapi tidak bisa pakai di SPBU. Dia perlu uang cash. Dan ia mau menjual jam tangannya. Ia menawarkan jam yang baru dibelinya kepada saya. Ada dua jam. Sekilas saya lihat modelnya lumayan juga. Tapi saya tidak tahu kualitasnya. Ia lalu menunjukkan sebuah kertas yang tertulis harga jam itu. Di kertas itu tertulis  220 euro (kira-kira 2,5 juta rupiah). Saya senyum saja dan menunjukkan sikap tidak tertarik pada tawarannya. Ia lalu menambahkan jam di tangannya. Jadi semuanya ada tiga buah jam tangan. Ia minta uang 100 euro untuk beli minyak karena segera mau kembali ke Venesia. Feeling saya teringat di kota Medan dan Jakarta. Orang jualan jam yang katanya bagus padahal menipu. Saya pernah menghadapi orang seperti itu dan tidak mau kecolongan. Kepada orang itu saya katakan kalau saya mahasiswa dan tidak punya banyak uang. Lalu saya pergi meninggalkannya. Ia masih memanggil, tapi saya tidak peduli lagi. Beberapa saat kemudian mobilnya melewati jalan yang saya lalui. Apakah ini penipuan? Perasaan saya mengatakan ya! Dan hari ini saya belajar satu hal, penipuan ada di mana-mana, di Indonesia dan di Italia. Jadi Waspadalah... waspadalah....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H