Mohon tunggu...
Sehat Ihsan Shadiqin
Sehat Ihsan Shadiqin Mohon Tunggu... profesional -

Menulis Itu Sehat, Sehat Itu Menulis\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tasawuf Aceh: Merekam Jejak Sufisme di Aceh

16 Februari 2010   06:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:54 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Islam di Indonesia adalah Islam tasawuf, demikian tesis Alwi Shihab dalam bukunya Akar Tasawuf Indonesia. Sejak kedatangannya di Indonesia tasawuf mulai mewarnai kehidupan mayarakat yang umumnya penganut Hindu - Budha dan beberpa kepercayaan lokal lainnya. A.H. John, seorang sejarawan yang melakukan penelitian mengenai sejarah Islam di Nusantara mendapatkan fakta bahwa kaum sufi lebih mudah masuk dan menjadi bagian dalam kehidupan beragam di Nusantara karena adanya kedekatan anatara pandangan para sufi mengenia Tuhan dengan beberapa pemehaman yang terbangun dalam umat beragama pada masa itu. Sufisme yang menekankan aspek mistisisme agama jauh lebih mungkin di terima dibandingkan dengan aspek lain dalam agama Islam. Aceh menjadi daerah sentral dalam transformasi Islam di Indoensia. Meskipun selelu diperdebatkan tentang di mana Islam mulai datang ke Nusantara, namun beberapa bukti mengani keberadaan ulama yang memiliki karya yang masih ada hinga sekarang jelas di Aceh sufisme sudah marak berkembang dalam pertengahan abat 16. Nama-nama Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumatrani, Nuruddin Ar-Raniry dan Abdurrauf Syiah Kuala menjadi sangat popular dikalangan para sarjana pengkaji tasawuf Aceh. Belakangan muncul juga nama-nama lain, seperti HAsan Krueng Kalee dan Muda Wali al-Khalidi. Buku TAsawuf Aceh yang saya publikasikan akhir tahun 2008 yang lalau adalah sebuah rekaman perjalanan praktek dan pemikrian tasawuf dalam sejarah Aceh. Buku tersebuat awalnya adalah penelitian saya yang dibiayai oleh IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Namun mengingat bahan dan pemabahasan yang luas dan panjang saya menguraikan lebih banyak lagi yang kemudian saya publish menjadi buku. Prof. Yusni Saby, ahli budaya Aceh dan mantan Rektor IAIN Ar-Raniry yang mengomentari buku ini menagatakan kalau Tasawuf Aceh adalah referensi wajib bagi semua sarjana yang tertarik dengan sufisme dan perkembangannya di Nusantara, apalagi di Aceh. Sebab sejauh ini belum ada sebuah kajian komprehensif dan "serius mengenia Sufisme di Aceh yang dapat dijadikan pedoman awal dalam mengenal tasawu di Aceh. Apa yang saya bahas dalam buku ini sebenarnya adalah sebuah rekam jejak perjalanan tasawuf dari masa dulu hingga akhir abad XX di Aceh. Ada variasi yang mencengangkan seiring dengan perjalanan waktu. Aceh lama yang pemikiran tasawufnya menekankan pada aspek falsafi, namun dalam konteksnya saat ini malah lebih menakankan aspek tariqah. Perkembangan modern ini menjadi lebih menarik setelah adanya kontradiksi antar ulama di Aceh dalam memahami tasawuf dan jamaah tarekat. Bakan pada akhir tahun 2009 yang lalu sekelompok ulama di Aceh meminta masyarakat untuk mengumpulkan sebuah buku yang dikeluarkan oleh sebuah jmaah tarekat karena dianggap sebagai buku yang sesat dan dapat merusak aqidah Islam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun