Mohon tunggu...
Sehat Ihsan Shadiqin
Sehat Ihsan Shadiqin Mohon Tunggu... profesional -

Menulis Itu Sehat, Sehat Itu Menulis\r\n

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Maaf, Asapmu Bukan Untukku

19 Mei 2010   02:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:07 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_144418" align="alignleft" width="298" caption="Asap Mobil yang menimbulkan penyakit"][/caption] Sedikit kesal, saat ke kantor sebuah sepeda motor mendahuli saya dari sisi kiri. Setelah mengklakson bertubi-tubi motor yang dikedendarai -nampaknya seorang- mahasiswa ini melaju dengan cepat. Ia sempat menancapkan gas pas ketika posisinya dihadapan saya. Sangat bising dan mengganggu. Apalagi asap abu-abu keluar dari kenalpot motornya. Syukur bukan langsung mengenai muka. Namun asap tebal itu mau tidak mau tetap harus saya lewati karena persis berada di depan saya. Tapi apa hendak dikata, itulah kehidupan jalan raya kita. Kenderaan yang bersap tebal secara umum dipahami dapat mengganggu udara, menyebabkan polusi, dan pada kerangka besarnya sebagai sumbangan untuk pemanasan global. Ini benar dan saya sepakat. Namun tidak kalah pentingnya adalah asap tebal sebuah kenderaan juga mengganggu kehidupan manusia di jalan raya. Seorang yang berjalan dengan baik, mengikuti aturan lalu lintas, menikmati perjalanan, tiba-tiba harus menghirup udara pengap yang berbau yang disebabkan oleh pemilik kenderaan lain yang mengeluarkana asap. Saya belum pernah mendengar ada orang yang celaka gara-gara amsuk dalam asap mobil/motor. Namun saya sangat yakin itu mungkin terjadi. Dalam keadaan gelap karena asap, atau dalam keadaan mata terganggu, hidupng tersumbat, maka bukanlah mustahil akan mengganggu konsentrasi pengendara motor. Dan akibatnya ia bisa saja menabrak orang lain atau ia ditabrak orang karena salah jalur. Kalau ini terjadi maka pemilik kenderaan yang berasap pasti tidak mau tahu, bahkan ia mungkin tidak peduli kalau asapnya menimbulkan petaka. Lebih jauh lagi adalah masalah penyakit. Asap kotor yang berdebu dan berminyak akan masuk ke dalam tubuh manusia lewat pernafasannya. Dan melalui sistim pernafasan maka asap itu pula yang akan masuk ke paru-paru. Kalau hanya sekali dua kali saja mungkin sistim dalam paru-paru akan sanggup menetralisir. Namun tatkala ini terjadi setiap pagi, siang, malam setiap kita berjalan di jelasn raya, maka jantung mana yang snaggup menetralisirnya? asap-asap itu menyumbangkan sumber penyakit pada manusia. [caption id="attachment_144420" align="alignleft" width="300" caption="Asap rokok yang mengganggu orang lain"][/caption] Lain asap motor/bus lain pula asap rokok. Meski sudah diperingatkan kalau merokok merugikan kesehatan dan mengeringkan isi dompet namun merokok masih menjadi aktifitas terlancar yang dilakukan manusia. Oke, tidak masalah kalau itu adalah pilihan sendiri, pilihan dari orang yang memang mendedikasikan hidupnya untuk kepunahannya sendiri, itu adalah hak semua orang. Namun satu hal yang perlu diperhatikan, jangan ajak orang lain untuk menikmati penyakit dan kepunahan itu dengan menebarkan asapnya. Jika anda merokok maka pastikan anda berada di tempat yang asapnya tidak terhirup orang lain, atau anda dapat menghisap semua asap rokok dan tidak membiarkan asap rokok anda terhisappada orang lain. Saat asap-asap yang anda keluarkan, dari mobil-motor, rokok itu terhisap pada orang lain dan menjadi penyakit baginya, maka itu juga akan menjadi dosa bagi anda sepanjang masa. Pada umat beragama dosa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari penyebab kesedihan, keterasingan, depresi dan ketidakbagiaan. Kita perlu melampuai langkah kecil yang penting untuk mewujudkan Masyarakat Tertib. Sumber ilustrasi klik di foto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun