Mohon tunggu...
Sehabuddin Abdul Aziz
Sehabuddin Abdul Aziz Mohon Tunggu... wiraswasta -

Blogger buku dan founder booktiin.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Siapapun Presidennya, Syaratnya Hanya Satu

3 Agustus 2011   23:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:07 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_122795" align="aligncenter" width="613" caption="illustrasi/http://rinegan.wordpress.com"][/caption] Peta politik tanah air semakin dinamis. Dalam beberapa hari terakhir, gelagat partai politik sudah mulai mengalkulasikan kekuasaan dengan menakar kekuatan menuju kursi Presiden pada 2014. Partai Golkar misalkan, akhir tahun ini, sudah memiliki kepastian siapa figur yang pas diusung, dari lima kader partai yang kini tengah diuji elektabilitasnya melalui survei. Kendati begitu, di internal Golkar lebih menginginjkan sang Ketua Umum Aburizal Bakrie sebagai calon presidennya.

Lalu, Serikat Rakyat Independen (SRI), secara terang-terangan akan mengusung Sri Mulyani Indarwati sebagai calon presiden. Dilain pihak, Partai Demokrat dan PDI Perjuangan diyakini akan ‘puasa’ dari figur sentral mereka; Megawati Soekarno Putri dan Susilo Bambang Yudhoyono untuk mencalonkan diri sebagai calon presiden. Bila begitu, berdasarkan kabar yang beredar, partai biru dan partai moncong putih ini, akan mengusung kader seperti Anas Urbaningrum, Ani Susilo Bambang Yudhoyono, dan Pramono Edhie Wibowo, ipar SBY, yang kini menjabatKepala Staf Angkatan Darat (KASAD).

Lalu, PAN dan PKS sepertinya lebih memilih diam. PAN memang tak memiliki suara signifikan dan pede mencalonkan diri sebagai calon Presiden. Sementara, PKS melihat tradisi dua pemilu Presiden, sama sekali tidak mencalonkan kadernya sendiri. Justru, PKS lebih suka menjadi pendukung atau pengusung dengan mitra politiknya kelak. PAN dan PKS dalam konteks isu pencapresan memang kalah hebat dengan partai pendatang, Gerindra yang sudah tegas mencalonkan Prabowo Subianto.

Sejauh prediksi politik, penulis melihat pada 2014, beberapa figur baik itu sebagai capres maupun cawapres, tidak akan jauh dari tokoh-tokoh sebagai berikut: Aburizal Bakrie, Sri Mulyani Indarwati, Puan Maharani, Anas Urbaningrum, Ani Susilo Bambang Yudhoyono, Pramono Edhie Wibowo, Prabowo Subianto dan Surya Paloh

Presiden Harus Normal

Melihat berbagai potret politik yang mengalir saat ini, tentunya kita sepakat hanya satu syarat yang wajib dipenuhi oleh seorang calon presiden yaitu normal alias tidak abnormal. Seorang figur presiden dua tahun mendatang, adalah figur yang berani, tegas, dan peduli dengan rakyat kecil. Bukan seorang presiden yang kerap merespon kejadian bangsa dengan kecemasan (unexpectedness), dan membebankan kecamasan itu—yangsebenarnya tanggung jawab seorang Presiden—dibebankan kepada rakyat.

Kemudian, figur calon Presiden 2014 adalah seorang yang menaati norma-norma yang berlaku di masyarakat. Baik itu, normal kultural maupun tindakan. Seorang calon presiden yang tidak berbuat korupsi, melindungi dan turutserta dalam kasus-kasus yang diduga, atau turut serta dalam kebijakan yang tidak berpihak kepada rakyat. Nah, apabila seorang calon presiden masih cengeng, kerap menimbulkan pernyataan dan membuat program yang tidak prorakyat, maka itu dianggap abnormal.

Kesimpulan

Sosok calon presiden 2014 pokoknya harus normal yang dimaknai dalam arti luas. Kita sudah lama mendambakan presiden seperti sosok Soekarno. Ia membuat kebijakan yang monumental dan memiliki visi mengedepan. Coba misalkan, Gelora Bung Karno, mesjid Salman ITB, Tugu Monas, Mesjid Istiqlal adalah bangunan-banguan tua yang diprakarsasi dan digagas Soekarno.

Soekarno juga memiliki sikap yang tegas. Bahkan, dia sangat pro dengan rakyat miskin. Bahkan saking dekatnya dengan rakyat miskin, ia memonumentalkan seorang pembantunya menjadi nama Departemen Store di Jakarta, Sarinah Departemen Store. Bahkan testimony mengenai Sarinah itu diuntai dalam sebuah kata yang bagus: “Semoga rahmatAllah SWT selalu dilimpahkan kepadanya. Sarinah ini yang mendidik aku, membantu Ibuku, membantu Bapakku untuk mendidik aku, mendidik cinta kepada rakyat jelata, mendidik mengerti bahwa segala sesuatu di negeri kita ini tergantung daripada rakyat jelata.”

Selama ini, kemiskinan hanya diproteksi melalui angka statistic. Sementara, kemiskinan secara nyata makin merajalela. Pun begitu korupsi. Katanya sukses menjerat para koruptor. Iya, yang hanya ratusan juta berhasil dijerat. Sementara, yang milyaran dan triliyunan sampai kini masih misteri. Semoga calon presiden 2014 adalah figur sesuai dengan harapan rakyat agar Indonesia terbebas dari kemiskinan, yang salah satunya disebabkan oleh perilaku korup yang sistemik. Wallahu’alam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun