Mohon tunggu...
Sehabuddin Abdul Aziz
Sehabuddin Abdul Aziz Mohon Tunggu... wiraswasta -

Blogger buku dan founder booktiin.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

'Premanisme' Salah Satu Capres Terhadap Media

15 Juli 2014   04:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:19 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Brengsek, itulah kata-kata Prabowo kepada Jakarta Post. Sungguh, ungkapan itu,  nestapa dan kepiluan akan hadirnya ‘premanisme’ terhadap media. Sangat tidak etis, sosok Prabowo mengatakan hal tersebut. Apalagi, ia calon Presiden. Pertanyaan saya, bagaimana jadinya sikap Prabowo terhadap media  jika benar terpilih sebagai presiden? Ataukah ini akan menjadi titik awal media Indonesia tengah berada dalam bayang-bayang ‘premanisme’?

Saya sederhana saja mendefinisikan premanisme. Siapa saja seseorang yang mengganggu ketertiban dan kedamaian kendatipun dengan kata-kata itu adalah premanisme. Dan, kata-kata ‘brengsek’ adalah sebagai bentuk kemarahan yang keluar dari karakter Prabowo sesungguhnya.

Dari kejadian ini, menurut hemat saya, media kerap dijadikan kambing hitam untuk mengelabui publik. Seolah-olah media bersalah atas apa yang terjadi di masyarakat. Padahal, kedewasaa demokrasi di Indonesia membutuhkan kekuatan media. Toh, media keluar dari koridor aturan dan etika jurnalistik, tak semestinya dilukai dengan kata-kata preman pasar.

Kehadiran Prabowo sebagai calon Presiden, dari awal, sebagian masyarakat sebetulnya sudah tak menginginkan sama sekali. Kekhawatiran publik adalah perilaku dan karakter militer yang suatu saat tiba-tiba muncul. Sementara, ketegasan yang diklaim oleh Prabowo bertolak belakang dengan apa yang ia lakukan. Tegas tak harus marah. Tegas tak harus membabi buta berkata kasar. Tegas sesungguhnya adalah mengayomi dan melakukan suatu pekerjaan dengan tepat dan efesien.

Latar belakang Prabowo mengatakan ‘brengsek’ kepada Jakarta Post, karena media tersebut secara jujur mendukung Jokowi-JK. Media milik Kompas Group itu juga, dari awal sudah memberikan pesan bahwa integritas dalam pemberitaan tetap akan dijaga. Dan, permintaan wartawan untuk wawancara dengan Prabowo, sebetulnya dalam rangka menjaga integritas pemberitaan itu. Lantas mengapa harus berkata brengsek?

Satu hal yang harus diketahui oleh Prabowo dan para pendukung koalisinya adalah, memicu dentuman demokrasi Indonesia sudah tidak elok lagi dengan kekuatan kata-kata melainkan dengan kekuatan dan kelapangan hati. Indonesia yang tak kunjung keluar dari berbagai masalah salah satu penyebabnya karena pemimpin negeri ini masih percaya dengan kekuatan kata-kata bukan dengan kekuatan hati. Dan jujur, saya merasakan, kekuatan dan ketulusan hati memimpin itu ada dalam sosok Jokowi.

Media di Indonesia sudah kuat dengan berbagai ragam bantingan dan rongrongan. Keleluasaan media dalam menyampaikan pesan-pesan publik memang sangat heterogen. Heterogenitas pemberitaan itulah yang harus disadari oleh Prabowo dan para pendukungnya untuk segera melakukan refleksi dan menengadahkan tangan dan berkata: “apa yang salah dengan kami sehingga sulit kami mendapatkan mandat dari rakyat?”

Sungguh, saya sangat kecewa dengan apa yang terjadi dengan ‘premanisme’ ala Prabowo terhadap media. Dan kejadian serupa bukan hanya terjadi dengan wartawan Jakarta Post. Sebelumnya, Prabowo juga meluapkan kemarahan kepada Kompas, Metro TV dan Tempo.

Semoga kejadian tersebut menjadi pelajaran berharga bagi siapapun yang sudah memproklamirkan diri sebagai calon pemimpin bangsa. Sekali lagi, kekuatan media tak bisa ditekan dan dipaksa untuk mendukung jika yang bersangkutan tak layak mendapatkan itu. Media akan mengatakan baik, jika sosoknya baik. Persoalan porsi pemberitaan itu menjadi kebijakan redaksional yang Prabowo tak bisa masuk dalam domain itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun