Mohon tunggu...
Sehabuddin Abdul Aziz
Sehabuddin Abdul Aziz Mohon Tunggu... wiraswasta -

Blogger buku dan founder booktiin.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Peran Media (Lagi) Ungkap Nunun Nurbaeti

9 Agustus 2011   12:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:57 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_123727" align="aligncenter" width="400" caption="Nunun Nurbaeti, kasus dugaan suap cek perjalanan dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia. (Foto KOMPAS/LUCKY PRANSISKA)"][/caption] Media massa, baik media cetak maupun elektronik, termasuk juga media dotcom, memiliki peranan penting dalam upaya membongkar dugaan kasus-kasus korupsi di Indonesia. Sebagaimana yang sudah ditunjukan dengan intensitas media saat mengungkap keberadaan sampai Nazar ditangkap, penulis amati media memerankan diri secara maksimal. Pun terkadang, apa yang diungkap media harus berhadapan dengan ’teguran’ kekuasaan. 'Teguran' itu memang pernah terjadi. Salah satunya datang dari Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, yang secara tegas mengeluhkan pemberitaan media, sejak Nazar menghilang dan melarikan diri ke luar negeri pada 24 Mei 2011, sampai KPK menetapkannya sebagai tersangka pada 1 Juni 2011. “Banyak pemberitaan media massa, termasuk media yang selama ini memiliki kredibilitas dan reputasi baik, yang terus memojokkan Partai Demokrat dengan bersumber dari SMS atau BBM (BlackBerry Messenger). Yang saya tak paham dengan akal dan logika saya, justru berita yang bersumber dari SMS dan BBM dijadikan judul besar, tema utama, dan headline yang mencolok. Misalnya, SMS dan BBM yang dikirim orang yang mengaku Nazaruddin, yang sekarang yang bersangkutan masih buron. Tak dikonfirmasi kebenarannya, dianggap kebenaran, dan dijadikan alat untuk menghakimi Partai Demokrat. Dengan segala kerendahan hati, perilaku politik seperti ini tak mencerdaskan kehidupan bangsa,” kata SBY saat konferensi pers di Cikeas 11 Juli 2011 lalu. Apa yang dikatakan SBY itu, bukan berarti media harus mundur. Selama informasi yang diterima benar dari sumber yang jelas, sumber terpercaya, maka media tak perlu khawatir memberitakaan dugaan kasus-kasus korupsi, khususnya korupsi kelas kakap di Indonesia. Termasuk, keberhasilan ditangkapnya Nazar, media memiliki peranan sangat penting. Penulis sudah menjelaskan itu, Nazar ditangkap, SBY tak perlu lagi salahkan media.

Salah satu contoh, bagaimana media berani mengungkap dugaan korupsi itu, dilakukan oleh Harian The Age pada 11 Maret 2011, yang mengungkap pemberitaan tentang presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang diduga telah berbuat korupsi dan menyalahgunakan kekuasaan. Harian Australia ini, mengaku telah mendapat bocoran yang ekslusif dari Wikileaks. Secara tegas media ini menyebutkan, SBY dan keluarganya telah memperkaya diri sendiri lewat tangan-tangan koneksi politiknya.

Bisakah Media Ungkap Dimana Nunun Nurbaeti?

Salah satu pekerjaan rumah yang harus diungkap media adalah keberadaan Nunun Nurbaeti, tersangka kasus dugaan suap cek perjalanan dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia. Bahkan, enam jam lalu, kompas.com yang mengingatkan aparat penegak hukum, termasuk juga media, agar jangan melupakan Nunun. Apalagi, informasi terakhir, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengaku belum memiliki perkembangan berarti tentang kasus tersebut. KPK masih berkutat, menunggu informasi terkait keberadaan Nunun dari kerjasama interpol. Memang, sebelumnya KPK telah mengajukan permintaan penerbitan red notice kepada interpol yang disampaikan melalui Polri. Nunun lantas menjadi buronan internasional. Sejak ditetapkan sebagai tersangka pada Februari, Nunun belum pernah menjalani pemeriksaan di KPK. Demikian juga saat masih berstatus saksi. Ia mangkir dari panggilan KPK dengan alasan sakit lupa berat. Semula Nunun diketahui berada di Singapura. Belakangan, jejaknya sulit terlacak. Hanya pihak keluarga yang mengetahui di mana Nunun berada. Berkaca dari penjelasan diatas, saya kira era sekarang media tak bisa dipandang sebelah mata. Banyak perkara korupsi di Indonesia, terungkap dari pemberitaan media. Termasuk misalkan, Komite Etik KPK masih membutuhkan pemberitaan media untuk memeriksa pejabat KPK yang diduga terlibat suap dalam kasus pembangunan Wisma Atlet. Artinya media harus bangga, namun tidak untuk sombong. Peran media memberikan pencerdasan dan pendidikan kepada masyarakat, cerminan pokoknya bisa dimanifestasikan dalam pemberitaan dugaan kasus-kasus korupsi yang semakin merajalela. Wallahua'lam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun