H. Alex Noerdin, Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) pasca-KO telak dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI, kembali berniat mencalonkan diri lagi sebagai Gubernur Sumsel periode 2013-2018. Incumbent ini, bahkan sudah ‘siap naik ring' duel bersama Bupati Musi Rawas (Mura) Ridwan Mukti, yang juga kader Golkar, dan menyatakan siap berkompetisi dalam penjaringan Survei LSI.
Ridwan Mukti sendiri, didukung penuh oleh Ketua Dewan Pembina Akbar Tanjung. Dalam acara Halal Bi Halal di Gedung Mahkamah Konstitusi, Kamis pekan lalu, di Jakarta, mantan Ketua Umum Golkar ini bahkan secara terang-terangan menyatakan, agar Golkar mencalonkan Ridwan Mukti sebagai Gubernur Sumsel. Bahkan sejawatnya, Mahadi Sinambela memberikan kesaksian kalau Ridwan Mukti layak memimpin Gubernur Sumsel. Dukungan dari Bang Akbar ini, jelas kalau restu dirinya bukan kepada Alex melainkan kepada Ridwan Mukti.
Sinyal ‘perang dingin’ antarkader Golkar di Sumsel ini, tentu akan berimplikasi terhadap dukungan DPP Partai Golkar kemana akan berlabuh? Artinya, hitam putih partai beringin Sumsel tidak lagi milik sang incumbent, Alex Noerdin, melainkan juga kader-kader partai beringin yang lain. Apakah ini juga akan menjadi pertanda Golkar Sumsel akan porak poranda?
1.Alex Calon Gubernur DKI, Pehitungan yang Salah
Sebagian warga Sumatera Selatan (Sumsel), ketika sang gubernur mencalonkan Gubernur DKI tidak seluruhnya mendukung. Bahkan, di berbagai media lokal, elemen masyarakat meminta Alex untuk fokus memimpin Sumsel. Apalagi, belum seluruh program Alex terpenuhi. Namun, apa hendak dikata, Alex tetap saja maju. Konon isu yang beredar, keukeuhnya Alex mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI, karena titah sang Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie.
Benarkah begitu? Kita analisis saja! Dengan kemenangan Alex yang hanya sekitar 5 persen, bahkan kalah oleh Independen, menunjukan kader Golkar DKI tidak total mendukung Alex Noerdin. Ini juga menjadi pertanda buruk, jangan-jangan Ical, ‘menjerumuskan’ Alex dalam perhitungan politik yang keliru. Apalagi, dalam Kongres Golkar di Riau, Sumsel tidak mendukung Ical untuk menjadi ketua Umum, melainkan lebih condong ke Surya Paloh.
2.Gagalnya Pencitraan yang tidak genuine
Sudah menjadi rahasia warga Sumsel, kalau Alex Noerdin mahir dalam political branding. Bahkan, ia berani jor-joran dan massif memproklamirkan diri sebagai pelopor berobat dan sekolah gratis di Sumsel, kala kampanye sebagai calon Gubernur periode 2008-2013. Nyatanya, tidak juga sehebat apa yang dikata orang. Bahkan, kala ia menjadi Gubernur Sumsel bukan sebagai pemilik suara mayoritas, melainkan hanya selisih satu persen dengan incumbent kala itu, Syahrial Oesman. Ini artinya, kemenangan Alex lebih kepada keburuntungan—untuk tidak mengatakan banyaknya kecurangan Pilgub.
Nah, ternyata pencitraan Alex habis sesaat setelah di lantik sebagai Gubernur. Berobat dan sekolah gratis yang menjadi programnya, memang dipenuhi hanya selang satu bulan setelah pelantikan. Namun itu saja tak cukup. Karena, faktanya regulasi sekolah dan berobat gratis di Sumsel tidak jelas. Pungutan liar dimana-mana. Siswa tetap saja harus beli buku. Belum lagi jual beli bangku saat tahun ajaran baru. Dengan begitu, bukankah masyarakat Sumsel telah tertipu? Hehehhe
Dari berbagai penjelasan diatas, saya menilai pencitraan Alex Noerdin masih dalam tahapan shadow, demi mendongkrak popularitas sesaat. Coba saja, andaikan Alex benar-benar istiqomah selama memimpin Sumsel, Insya Allah pertaruhan politik dalam Pilgub Sumsel tahun depan tidak terlalu berat.
Dengan berbagai alasan diatas, saya menyebut, Alex Noerdin kini sedang galau. Makanya, ia pun roadshow tak kenal lelah keliling kabupaten/kota dalam bungkus halal bil halal. Bahkan, tak biasanya ia sarapan pagi ala Joko Widodo dengan berangkat menggunakan becak. Ah….lagi…..lagi pencitraan semu bukan?Itu semua dilakukan demi menghalau rasa galau lebih dalam, apalagi di internal DPP Partai Golkar saat ini, kabarnya sudah tidak bulat mendukung dirinya, melainkan sudah beralih ke Ridwan Mukti, termasuk Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Akbar Tanjung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H