“Jangan pisahkan aku dengan Pak SBY. Kalian lihat aku bela dia karena dia percaya sama aku. Bapak (SBY) bilang begini, kaitan komunikasi jangan tiru Ruhut tapi kita butuh Ruhut Sitompul.” (Ruhut Sitompul)
UNGKAPAN ruhut diatas rasanya masih kerap terngiang. Kita sering melihat jelas di televisi. Bahkan, media mengutip pernyataan Ruhut, itu saat dirinya menjabat sebagai jurubicara Partai Demokrat. Dari ungkapan itu, terbangun citra betapa SBY memercayakan sosok dirinya untuk tampil di publik membawa bendera Partai Demokrat.
Namun, sosok Ruhut Sitompul kini nampaknya mulai ‘tumpul’. Apalagi sejak dipecat sebagai juru bicara Partai Demokrat—dan digantikan Andi Nurpati—mantan bintang sinetron Gerhana, ini gaya bicaranya semakin ‘ganas’. Dalam kasus Andi, Ruhut meminta Andi untuk mundur dari partai, karena kasus mafia pemilu.
Nada bicara Ruhut sering tidak terkontrol. Tak ayal, banyak kolega, dan publik pigur di negeri ini, panas kupingnya oleh gaya bicara lelaki kelahiran 24 Maret 1954. Tak kapok, isu rasis bahkan sempat menimpa dirinya.
Bahkan, sepanjang kasus Centurygate, publik diperlihatkan dengan jelas, bagaimana Ruhut beberapa kali bersumpah untuk memotong lehernya yang diucapkan dalam berbagai kesempatan.
Benar kata pepatah : “Mulutmu adalah harimau mu.” Peribahasa itu, kini melekat dengan Ruhut. Kabat teranyar, politisi Partai Demokrat itu, hari ini, Senin, dilaporkan oleh isterinya, Ana Rudiantiana Legawati (50) ke polisi, yang diduga melakukan pemalsuan dokumen untuk pernikahan yang kedua.
Kasus ini sempat mencuat Februari 2008. Beberapa media kala itu, memberitakan Ruhut memiliki hubungan dengan seorang perempuan bernama Diana Lupita alias Diana Leovita. Bahkan, sebuah surat pembaca masuk ke redaksi salah satu portal berita dot com, mengabarkan perselingkuhan itu.
Benang kusut kedua, bermuara dari kasus Nazaruddin. Ia kerap melontarkan pernyataan yang standar ganda. Kadang nampak membela partainya. Namun, kadang pula membela seorang Nazar. Publik pun seolah disadarkan. Karakter Ruhut sebagai politisi, masih banyak dibumbui oleh karakter pengacara yang sudah melekat sejak lulus dari Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Bandung pada tahun 1979.
Lihat saja, pernyataan Ruhut mengenai pesan BlackBerry Messanger soal aliran dana terkait kasus dugaan suap pembangunan wisma atlet Sea Games adalah Muhammad Nazaruddin. "Pasti enggak itu dari dia? Jangan-jangan Nazaruddin enggak mengatakan itu. Ada orang saja yang menangguk angin keruh."
Bahkan, dalam acara Jakarta Lawyer Club yang diputar ulang oleh TVone tadi malam, nampak sosok Ruhut berapi-api memberikan signal kepada publik, karakter seperti apa Ruhut itu lebih tepat. Pengacara atau politisi?
Kilas Balik Kontroversial Ruhut
KARENA pernyataan yang kontroversial, Ruhut sempat didera isu rasis. Dalam sebuah diskusi "Angket Century SBY Jatuh" yang digelar Forum Umat Islam di Wisma Darmala Sakti, Jakarta, Ruhut mengungkapkan pernyataan: “Kasus yang seperti begini dari dulu sudah ada. Sejak zaman Megawati sudah ada, waktu itu Sri Mulyani-nya (maksudnya Menkeu) Si Cina, Kwik kian Gie.”
Lalu, pada 20 November 2009, Ruhut mengeluarkan pernyataan merelakan kupingnya dipotong jika dana bailout Rp 6,7 triliun Bank Century mengalir ke Partai Demokrat dan Presiden SBY. Ruhut juga menyatakan lehernya siap ditebas pedang jika putra kesayangan SBY, Edhie Baskoro (Ibas) juga menikmati 'uang haram' Kasus Bank Century.
Pada 20 Desember 2009, Ruhut lagi-lagi mengeluarkan pernyataan yang kontroversial. Ia Rela dirajam jika Wakil Presiden Republik Indonesia Boediono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani hadir bila dipanggil oleh Panitia Khusus (Pansus) Bank Century.
Pada Pansus Century 6 Januari 2010, Ruhut Sitompul berseteru dengan Gayus Lumbun hingga kemudian dia menyebut Prof. Gayus sebagai "bangsat". Pernyataan yang dianggap kasar itu mengundang kontroversi.
Ruhut dan Demokrat
EKSISTENSI Ruhut memang sangat kinclong dan lebih dikenal publik masuk partai demokrat. Sebelumnya pamor dia hanya seorang pengacara kondang. Ada lah sisipan sebagai bintang sinetron. Namun, pamornya cukup cemerlang, sejak dirinya selalu ‘bintang tamu’ dalam acara-acara televisi yang mengatasnamakan Partai Demokrat.
Kini, keberadaan Ruhut akankah tumpul? Soalnya banyak kader Demokrat sendiri, merasa risih dengan pernyataan Ruhut. Apalagi, Demokrat tengah didera banyak masalah. Saat seperti ini, Partai Demokrat membutuhkan figur yang kaya intelektual, rasional, dan teruji secara emosional. Karena yang dihadapi kasus hukum dan banyak menebar bola panas.
Partai Demokrat pun memang sudah menarik sedikit demi sedikit peran Ruhut tampil di publik. Namun, bukan Ruhut namanya kalau tidak bisa memanfaatkan momentum. Lihat saja, dalam diskusi di sebuah stasiun televisi, Ruhut setidaknya membuat kuping kader demokrat sangat malu. Egoisme seorang politisi memang tidak pantas dinampakan dalam forum seperti itu. Wallahu'alam (sumber foto: kompas images/banar filardi)
Baca artikel politik lainnya:
- Prita Mulyasari dan Putusan MA, Ada Apa?
- Buku George Junus 'Dicekal' Partai Demokrat
- George Junus Kembali Guncang Cikeas
- Was-was Gejala Pos Power Syndrom Anas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H