Mohon tunggu...
Sehabuddin Abdul Aziz
Sehabuddin Abdul Aziz Mohon Tunggu... wiraswasta -

Blogger buku dan founder booktiin.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

SBY dan PD Tertusuk 'Belati' Kampanye Sendiri

12 Juli 2011   08:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:44 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam jumpa pers di Cikeas, Senin (11/7) lalu , Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, SBY, menyayangkan sikap media dalam pemberitaan Nazaruddin. Dia menilai SMS maupun BlackBerry Messenger (BBM) dari orang yang mengaku Nazaruddin dijadikan judul dan headline di media massa, sehingga menohok PD. Padahal, mantan Bendahara Umum PD itu masih belum diketahui dan menjadi buron aparat penegak hukum.

Ada beberapa hal yang menurut saya bisa dijadikan anti tesis ketika Pak SBY ‘geram’ terhadap media itu. Pertama, pada saat kampanye Pemilu 2010 lalu, Partai Demokrat gencar dengan isu-isu pemberantasan korupsi. Nah, media kala itu menjadi alat cukup ampuh membangun pencitraan Partai Demokrat. Bahkan, media berhasil menghimpun opini publik bahwa Partai Demokrat bisa menjadi tulang punggung dalam pemberantasan korupsi.

Saya kira, saat media memberitakan Nazaruddin, jangan dilihat dari sisi kuantitas berita. Namun, harus dianalisis dari sisi nilai, bahwa media mengharapkan dengan pemberitaan itu, Partai Demokrat memiliki ketegasan terhadap Nazaruddin. Apalagi, SBY selain Ketua Dewan Pembina Partai, juga sebagai Presiden, yang memiliki kewenangan melakukan kebijakan-kebijakan strategis agar bisa membawa Nazaruddin dari tempat persembunyiannya.

13104594911634754722
13104594911634754722
Kedua, media memiliki tugas sebagai kontrol sosial dan kritis terhadap berbagai permasalahan ekonomi, politik, hukum dan lain sebagainya. Nah, mungkin Demokrat ingat pada saat kampanye bagaimana seluruh lembaga survei melakukan pencitraan terhadap SBY dan Demokrat.

Bahkan, beberapa media saat itu habis-habisan memberitakan keberhasilan demokrat. Nah, dalam kasus Nazaruddin, rasanya media sudah menjalankan porsi yang proporsional. Kalau pun menjadi headline, karena memang kasus Nazaruddin sangat marketable dan cukup seksi untuk sebuah industri pers. Dan publik pun jelas ingin tahu, apa reaksi SBY dan Ketua Umum Partai Anas Urbaningrum, yang dulu getol berkampanye anti korupsi, itu tegas dalam kasus Nazaruddin.

Oleh karena itu, kegusaran Pak SBY dan Demokrat terhadap media,mencerminkan, Demokrat tertusuk oleh belati kampanyenya. Andaikan tegas dalam kasus Nazaruddin, belati itu tidak akan menusuk kemana-mana. Wallahu’alam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun