Penusukan siswa berusia 12 tahun oleh teman (23 Oktober 2022) di Kota Cimahi berawal dari hal sepele. Seperti dilaporkan Republika.co.id Pelaku hendak meminjam handphone milik korban. Namun korban tidak memberikan.
Hanya Karena tidak mau memberi, lantas pelaku kesal dan membuat kejahatan. Dalam pemikiran orang normal memberi atau tidak, tentu tidak harus sampai membunuh. Akan tetapi beda hal dengan adanya pengaruh alkohol. Hal sederhana bisa terjadi fatal.
Dalam kasus penusukan siswa Cimahi selalu ada unsur pelaku meminum alkohol ketika mereka berkumpul. Kisah ini juga pernah dialami oleh teman-teman saya.
Kejadiannya terjadi pada tahun 2015. Teman-teman sebanyak 10 orang minum minuman beralkohol. Sementara minum ada satu orang memprovokasi teman lain untuk mencari salah satu teman kosan yang kebetulan tidak bersama mereka.
Kesepuluh anak ini beramai-ramai pergi ke kosan untuk memukuli dia, hanya karena saat itu tidak bersama mereka. Teman yang hendak dipukuli merasa terancam sehingga dia menghindar atau lari. Kesepuluh teman ini, lantas mengambil barang-barang dalam kamar kosan untuk dibakar. Ternyata barang-barang yang dibakar milik kosan.
Pemilik kosan langsung melaporkan kejadian ke polres, sehingga kesepuluh anak harus ditahan di sel selama 10 hari, dan harus mengganti barang-barang yang terbakar.
Kejadian itu membuat kesepuluh anak menjadi menyesal. Permasalahan sepele namun karena dipengaruhi oleh minuman beralkohol, sehingga menjadi rumit.
Minuman alkohol ini sebenarnya dapat memberi manfaat bagi kesehatan, jika dalam taraf tepat. Namun jika berlebihan dapat memunculkan kejahatan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) penduduk Indonesia yang berumur diatas 15 tahun suka mengkonsumsi alkohol.
Akan tetapi terjadi penurunan konsumsi sejak tahun 2017 hingga 2021. Data ini berbanding terbalik dengan konsumsi alkohol di Asia Tenggara dan Selatan yang meningkat 34% terutama Thailand dan India.