Mohon tunggu...
Sefri Ton
Sefri Ton Mohon Tunggu... Penulis - Sang Pujangga

Suka jalan, suka nulis, suka nyanyi, suka main bola, suka hati

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tingkatkan Literasi di Indonesia Menuju 2045

20 Juli 2022   18:20 Diperbarui: 20 Juli 2022   18:23 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin canggihnya teknologi digital tidak membuat masyarakat Indonesia gemar membaca. Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) melalui Program for International Student Assessment (PISA) melakukan survei yang bertujuan untuk mengevaluasi sistem pendidikan yang diikuti oleh berbagai Negara di dunia. Survei ini dilakukan setiap 3 tahun. Murid-murid yang berusia 15 tahun dari berbagai sekolah yang dipilih secara acak, mengikuti tes untuk mata pelajaran membaca, sains dan matematika. Hasil survei menyatakan bahwa pada 2015 Indonesia termasuk peringkat 62 dengan tingkat literasi terendah dari 70 negara. Selanjutnya pada tahun 2018 literasi Indonesia menurun lagi ke peringkat 71 dari 77 negara yang di survei.

Selanjutnya UNESCO menyatakan bahwa minat baca orang Indonesia hanya 0,001%. Hal ini berarti hanya ada 1 diantara 1.000 orang Indonesia yang gemar membaca. Selanjutnya Picodi.com yang menggunakan variabel jumlah pembelian buku. Picodi.com melakukan survei menggunakan data internal dari dari hasil transaksi di platform e-commerce global dengan jumlah responden sebanyak 7.800 orang dari 41 negara.

Hasil survei menunjukkan bahwa Indonesia berada pada urutan 25 masih di bawah dari negara Asia Tenggara lain seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina. Indonesia sangat tertinggal dari negara-negara pecahan Uni Sovyet seperti Ukraina, Slovakia, Kazakhstan. Namun Indonesia masih lebih baik dari Australia, Hong Kong, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Jerman, dan Singapura. Masyarakat Indonesia yang membeli beberapa buku dalam setahun mencapai 56%, selanjutnya 23% membeli buku sekali dalam sebulan, 17% membeli buka dalam seminggu dan 4% sekali membeli buku dalam dua minggu. Riset ini menemukan bahwa motif pembelian buku berbeda-beda. Mayoritas membeli buka karena suka membaca (49%), untuk kerja/belajar (27%), sebagai hadiah (8%) dan sebagai obat penghilang stres (16%).

Picodi.com
Picodi.com

Sebenarnya Indonesia sudah mempunyai Hari Buku Nasional yang diperingati setiap tanggal 17 Mei atau tepatnya hari pendirian Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yaitu pada 17 Mei 1980. Peringatan Harbuknas dilakukan sejak tahun 2002. Hal ini bertujuan untuk membudayakan membaca. Namun yang terjadi adalah budaya membaca buku masih menjadi masalah. Kondisi ini sangat terkait dengan rendahnya angka melek huruf dalam negeri.

Berdasarkan data tersebut di atas maka perlu pembenahan terkait literasi di Indonesia. Selama ini masyarakat sudah mengetahui bahwa buku memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan setiap orang. Bangsa Indonesia yang gemar membaca buku dapat berkembang menjadi masyarakat modern, gerbang Indonesia Emas tahun 2045.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun