Mohon tunggu...
Pretty Sefrinta Anggraeni
Pretty Sefrinta Anggraeni Mohon Tunggu... Guru - Bachelor of Psychology | Guidance Counselor

Never stop learning. Never stop thinking | Ig: sefrintapretty

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Sehatkah Orang yang Suka Mengkritik di Media Sosial?

15 Oktober 2017   10:11 Diperbarui: 15 Oktober 2017   16:11 9817
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia ini penuh dengan orang-orang yang hobinya mengkritik. Ada orang yang bilang hidup itu "Tuhan yang menentukan, kita yang menjalani, dan orang lain yang berkomentar". Mungkin awalnya kita berpikir bahwa ketika orang gemar melontarkan kritikan secara terus menerus pada orang lain artinya mereka sedang berusaha menyampaikan suatu pesan pada orang tersebut. Namun, kenyataannya pemikiran tersebut salah. Banyak sekali kritikan negatif yang menghina, menjelekkan, dan merendahkan seseorang. Isi kritikan bukan lagi untuk membangun, memperbaiki, atau untuk kebaikan orang yang mendapat kritikan. Faktanya orang suka melontarkan kritikan secara terus menerus pada orang lain karena ia butuh melakukan hal tersebut, tidak penting kritikan tersebut dilontarkan kepada siapa, dalam kondisi apa, di mana, kapan dan melalui apa. 

Sering kali netizens mengkritik orang lain terutama para artis atau seleb melalui media sosial, biasanya mereka disebut sebagai "haters". Melalui media sosial mereka merasa lebih leluasa mengkritik sebab dapat menyembunyikan identitasnya. Bahkan ada beberapa orang yang membuat sebuah akun khusus untuk para haters sehingga mereka merasa memiliki teman sepemikiran. Namun pernahkan netizens berpikir, "Apakah perilaku suka mengkritik itu sehat?"

Menurut Mellissa Grace, M.Psi., psikolog, beberapa orang merasa bahwa dengan terus menerus memberikan kritikan kepada orang lain dapat mengatasai rasa tidak aman (insecure) yang mereka rasakan dalam diri mereka sendiri. Mereka merasa bahwa dengan melakukan hal tersebut akan dapat membuat mereka merasa sedikit lebih baik, lebih unggul, lebih pandai, lebih tau, lebih bijak, lebih spiritual, bahkan lebih sempurna dibandingkan orang lain. Di mana hal ini justru menjadi simbol "over-kompensasi", bahwa sesungguhnya jauh di dalam dirinya mereka merasa kurang dibandingkan orang lain. Perasaan insecure sesungguhnya perasaan yang wajar dimiliki oleh setiap orang, namun dalam batas wajar. Tidak seharusnya perasaan insecure tersebut menjadi pembenaran untuk merendahkan atau menyakiti orang lain, hanya agar seseorang merasa lebih baik tentang dirinya sendiri.

Bagaimana cara mengatasinya?
Mellissa Grace, M.Psi., mengatakan jika Anda adalah salah satu dari orang-orang tersebut, hadapilah perasaan insecure dalam diri Anda sendiri dengan cara-cara yang lebih cerdas, sehat, dan bijak. Menyadari perasaan insecure dalam diri Anda, menjadikan diri Anda memiliki pilihan tentang bagaimana akan menyikapi perasaan insecure Anda sendiri. Anda dapat selalu menjadi teman, netizens, pasangan, kakak, guru, pengamat, orang tua yang supportive, dan tulus untuk orang-orang disekitar Anda. Dengan demikian, Anda akan mendapatkan kembali perasaan hangat dan kasih sayang dari lingkungan Anda (meski tidak selalu dari orang-orang yang sama) yang akan membantu Anda merasa lebih nyaman dan aman menjadi diri Anda sendiri.

Sebelum melancarkan kritik kepada orang lain, pastikanlah bahwa perilaku Anda sendiri sudah benar dan kritikan tersebut masih dalam batas wajar. Louis Nizer sang penulis pernah menulis peringatan yang baik kepada semua, antara lain berbunyi, "Apabila seseorang mengarahkan jari telunjuknya kepada orang lain, perlu diingat bahwa keempat jarinya yang lain justru mengarah kepada dirinya sendiri."

Nah, sekarang sudah tau kan kalau terlalu banyak mengkritik berarti kesehatan psikis Anda perlu dipertanyakan. Untuk para haters yang suka mengkritik atau bahkan menghina para artis atau seleb di media sosial instagram, twitter, facebook, path, dan sebagainya, kalian harus memikirkan ulang tindakan kalian. Apa tindakan kalian masih dalam batas wajar? Be a smart netizen ya Kompasianer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun