Penulis : Sefina Cahya Rahmawati dan Sundahri FAPERTA UNEJ
Email : sundahri.faperta@unej.ac.id
Tanaman singkong merupakan salah satu tanaman yang dijadikan sebagai sumber energi, karena mengandung banyak karbohidrat namun sangat miskin protein. Kegiatan budidaya singkong bisa menjadi solusi bagi masalah ketahanan pangan di Indonesia. Permintaan terhadap tanaman singkong terus naik tetapi potensi produksinya sangat rendah. Hal ini dapat disebabkan oleh sistem budidaya singkong yang masih konvensional dan kegiatan alih fungsi lahan. Menurunnya produktivitas tanaman singkong dapat disebabkan oleh adanya ketidakmampuan petani dalam berbudidaya terutama tentang pengolahan tanah, modal untuk memenuhi kebutuhan pupuk tanaman singkong, rendahnnya tingkat kesuburan tanah akibat penggunaan lahan secara intensif, dan harga jual singkong tidak cukup tersedianya  di pasaran yang terbilang tidak stabil (fluktuatif) menyebabkan petani memilih untuk berbudidaya komoditas lain yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi seperti tanaman padi, tanaman jagung atau tanaman lainnya (Purnomo, dkk., 2007). Penurunan produksi singkong dapat juga disebabkan oleh adanya cekaman biotik dan cekaman abiotik. Cekaman biotik adalah tekanan atau stres yang diakibatkan oleh organisme hidup. Cekaman biotik dapat berasal dari serangga, hama, penyakit tanaman, kompetisi antar tumbuhan dan interaksi dengan organisme lainnya. Pemerintah mengatasi masalah ini dengan cara ekstensifikasi pertanian yaitu dilakukannya  pemanfaatan lahan marginal dan kegiatan pemuliaan tanamana. Upaya kegiatan pemuliaan tanaman ini dilakukan dengan memperbaiki klon-klon tanaman singkong yang akan menjadi varietas unggul. Varietas unggul yang harus memiliki sifat-sifat yang diinginkan oleh para budidaya antara lain mampu berproduksi lebih tinggi, toleran terhadap lingkungan dan serangan patogen, memiliki nilai gizi yang baik dan penanganannya lebih mudah maka dilakukan kegiatan skrining pada tanaman singkong (Satiawan, 2016).
Skrining varietas unggul singkong adalah proses seleksi dan evaluasi berbagai varietas singkong untuk menentukan varietas yang memiliki potensi yang tinggi dalam hal hasil, kualitas, ketahanan terhadap hama dan penyakit, serta adaptasi terhadap kondisi lingkungan yang berbeda. Proses skrining varietas unggul singkong ini biasanya dilakukan oleh peneliti pertanian, perguruan tinggi, lembaga penelitian, atau produsen benih dengan tujuan untuk mengembangkan varietas singkong yang lebih baik dalam hal produktivitas, kualitas, dan ketahanan. Pengembangan varietas singkong dapat dilakukan dengan melakuan penelitian yang memberikan tanaman beberapa cekaman baik hama dan penyakit.
Sifat-sifat varietas unggul tanaman singkong dapat berbeda-beda tergantung pada tujuan pemuliaan dan kebutuhan petani. Namun, berikut adalah beberapa sifat umum yang sering dicari dalam varietas unggul tanaman singkong:
- Produktivitas tinggi: Varietas unggul biasanya memiliki potensi hasil yang tinggi, menghasilkan jumlah umbi singkong yang lebih banyak per hektar tanaman.
- Ukuran umbi yang seragam: Varietas unggul cenderung menghasilkan umbi singkong dengan ukuran seragam. Ini mempermudah proses pengolahan dan penanganan pasca-panen.
- Kandungan tepung yang tinggi: Tanaman singkong umumnya ditanam untuk diolah menjadi tepung singkong. Oleh karena itu, varietas unggul biasanya memiliki kandungan tepung yang tinggi, yang menghasilkan tepung berkualitas baik.
- Ketahanan terhadap penyakit: Varietas unggul sering memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap penyakit yang umum menyerang tanaman singkong, seperti cendawan Phytophthora dan penyakit virus.
- Ketahanan terhadap kondisi lingkungan: Varietas unggul dapat memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem, seperti kekeringan, kelembaban tinggi, atau tanah dengan kandungan bahan organik rendah.
- Waktu panen yang singkat: Varietas unggul dapat memiliki siklus hidup yang lebih pendek, memungkinkan panen lebih cepat. Hal ini memungkinkan petani untuk mendapatkan hasil lebih cepat dan mengurangi risiko serangan hama atau penyakit.
- Kemampuan pertumbuhan dan adaptasi yang baik: Varietas unggul biasanya memiliki kemampuan pertumbuhan yang baik di berbagai jenis tanah dan kondisi iklim. Mereka dapat beradaptasi dengan baik di berbagai wilayah tanam.
- Kualitas organoleptik: Beberapa varietas unggul dikembangkan dengan mempertimbangkan kualitas organoleptik, seperti rasa, tekstur, atau warna umbi singkong yang menarik.
Perlu diingat bahwa sifat-sifat varietas unggul dapat bervariasi tergantung pada program pemuliaan dan preferensi lokal. Oleh karena itu, sangat penting untuk memilih varietas yang sesuai dengan kondisi setempat dan kebutuhan petani. Hasil dari penelitian tersebut menghasilkan varietas unggulan tanaman singkong yang dapat dibedakan berdasarkan tujuan yaitu untuk bahan pangan dan bahan industri. Varietas singkong yang unggul dengan tujuan bahan pangan sebagai berikut.
Secara umum, jenis singkong dengan potensi hasil dan kadar pati yang tinggi dianggap paling sesuai digunakan sebagai bahan baku industri. Selain itu, kadar HCN yang tinggi pada singkong varietas ini tidak menjadi masalah karena nantinya, sebagian besar kandungan HCN akan hilang pada proses pencucian, pemanasan, maupun pengeringan (Humaedah, 2013). Adapun beberapa varietas unggul singkong yang sesuai untuk bahan baku industri sebagai berikut.
Data-data varietas unggul diatas merupakan hasil dari kegiatan skrining beberapa varietas unggul tanaman singkong dan varietas tersebut yang memiliki keunggulan tahan terhadap hama dan penyakit serta memiliki produkstivitas tinggi, sehingga dapat digunakan untuk budidaya tanaman singkong yang prospektif. Kegiatan skrining sangat berguna untuk dilakukan sebelum melakukan budidaya tanaman singkong agar mendapat keuntungan dalam budidaya. kegiatan tersebut juga berguna untuk petani agar siap melakukan pencegahan jika tanaman singkong terserang hama dan penyakit.