Mengenang kembali beberapa tahun silam, tentu kita masih mengingat bagaimana sejarah kelam federasi sepak bola Indonesia (PSSI) dengan beragam persoalan yang dihadapi.
Mulai dari adanya indikasi mafia yang bermain dan mengendalikan liga sepak bola nasional, dualisme kepengurusan federasi antara PSSI dan KPSI yang berujung sanksi banned dari keanggotaan FIFA, minimnya prestasi sepak bola lokal dan Timnas Indonesia di kancah internasional, dan masih banyak asumsi lainya yang dapat kita temukan di media sosial maupun media cetak.
Namun, saat ini Indonesia sedang menuju pada era perubahan, era perubahan yang dimaksud ialah masa depan yang sedang dipersiapkan oleh PSSI dan para stakeholder untuk membangun kembali sepak bola Indonesia yang profesional dan berprestasi di masa yang akan datang.
Peran Federasi Selama IniÂ
Dibalik citra buruk PSSI di mata suporter maupun penikmat sepak bola, terdapat beberapa hal positif yang tidak banyak mendapatkan atensi dan apresiasi. PSSI hanya menjadi sasaran kritik atas ketidakpuasan suporter dan penikmat sepak bola atas rentetan kegagalan Timnas untuk berprestasi maupun pengelolaan liga yang dianggap buruk dan tidak berkualitas. Jika sedikit menengok kembali ke belakang, PSSI sebenarnya telah berkontribusi dalam perkembangan sepak bola nasional. PSSI telah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas sepak bola Indonesia, misalnya dengan mengirim beberapa pemain untuk menimba ilmu di klub-klub luar negeri seperti SAD Uruguay, melaksanakan program pembinaan pemain usia muda melalui Elite Pro Academy maupun program pelatihan Garuda Select di Inggris, pemantauan dan pemanggilan pemain-pemain keturunan Indonesia yang berkarir di luar negeri, serta menjalin kerja sama dengan federasi sepak bola negara-negara maju seperti federasi sepak bola Jerman (Deutscher Fusball Bund) dan federasi sepak bola Inggris (The Football Association).
Mengenali Faktor Penyebab Minimnya Prestasi Timnas dan Rendahnya Kualitas Liga
Dari upaya-upaya yang telah dilakukan oleh PSSI, mengapa Indonesia tetap belum mampu berbicara banyak dikancah Internasional baik dari kualitas Tim Nasional maupun kualitas liganya?
Penyebab rendahnnya kualitas sepak bola Indonesia dan tidak berkembangnya liga ternyata dipengaruhi oleh empat faktor penting seperti mindset suporter yang kurang kritis dan serba instan, manajemen klub yang tidak profesional dan kurang memperhatikan pengembangan klub untuk jangka panjang, mental pemain yang cepat puas dan tidak berani keluar dari zona nyaman, serta birokrasi pemerintahan yang kurang mendukung perkembangan sepak bola. Berikut ini contoh dari keempat faktor penghambat kemajuan sepak bola Indonesia:
Faktor yang pertama, pola pikir suporter yang menutut prestasi secara instan. Suporter sepak bola di Indonesia kurang menghargai proses sehingga menuntut klub untuk selalu menghadirkan pemain-pemain bintang dan meraih kemenangan di setiap laga. Suporter sepak bola rusuh. Masih sering diberitakan tentang kasus kerusuhan  di dalam maupun di luar  pertandingan sepak bola yang bahkan sampai berujung kematian. Pada umumnya kerusuhan di awali aksi saling ejek antar suporter, tidak menerima klub kebanggan kalah, dan  mudah terprovokasi. Pola pikir suporter yang masih primitif dan bar-bar tentu saja akan berdampak buruk bagi klub maupun orang lain. Hal ini menjadi salah satu faktor penghambat majunya sepak bola Indonesia dan kualitas liga di Indonesia. Selain itu, pola pikir suporter  yang kurang kritis juga membuat sebagian besar suporter mudah dikendalikan sebagai alat politik oleh para politikus untuk memuluskan tujuan politiknya. Sudah saatnya suporter berpikir kritis dan bersikap dewasa. Suporter harus mau menghargai proses, memberikan kritik yang sehat dan solusi bagi pemain dan manajemem klub, serta tidak mudah diprovokasi karena dampaknya akan berimbas kepada klub didukung maupun orang lain,
Faktor yang kedua, manajemen tidak profesional. Profesional yang dimaskud disini adalah kapasitas manajemen dalam mengelola klub dengan baik, transparan, penuh perhitungan yang matang, dan berorientasi pada perkembangan klub untuk jangka panjang. Manajemen lebih baik menghindari unsur kepentingan politik maupun urusan diluar sepak bola. Kebijakan yang diambil oleh manajemen harus berdasarkan kesepakatan yang dimusyawarahkan dan disepakati bersama oleh internal klub dalam agenda rapat sehingga tidak ada kesan manajemen mencari keuntungan sepihak tanpa adanya diskusi, manajemen harus siap menerima kritik dan bertanggungjawab terhadap kebijakanya dalam mengelola klub, manajemen harus bersikap netral dan transparan baik dari segi finansial maupun hal-hal krusial yang lain.
Banyak pembertiaan tentang tidak profesionalnya manajemen mengelola suatu klub yang sudah tidak asing lagi bagi penikmat sepak bola Indonesia. Tidak sedikit pengamat sepak bola maupun suporter menyoroti kinerja manajemen dengan pengelolaan yang buruk dan tidak profesional. Saat ini, klub-klub yang dapat menjadi percontohan dengan manajemen mulai profesional atau sedang menuju profesional baru beberapa klub saja, beberapa klub tersebut antara lain Bali United, Persija, Persebaya, PSIS, Persib, dan Persita. Beberapa klub tersebut dapat menjadi percontohan bagi klub-klub lain terutama klub yang berada di liga teratas (Liga 1).