Mohon tunggu...
Sefhia Salsabila
Sefhia Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

International Relations

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Logika Kepercayaan dalam Hubungan antara Manusia dengan Manusia

15 Januari 2024   19:40 Diperbarui: 15 Januari 2024   21:26 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Logika Kepercayaan dalam Hubungan antara Manusia dengan Manusia

Manusia adalah makhluk sosial yang dalam hidupnya selalu memiliki keterkaitan,kebutuhan dan hubungan antara satu dengan yang lainnya. Keterkaitan antara manusia dengan manusia yang lain merupakan dasar dari adanya saling membutuhkan sesama manusia, namun hal yang mendasari adanya keterkaitan antar manusia adalah sebuah hubungan, setiap manusia mempunyai hubungan antara satu sama lain,dimulai dari hubungan laki-laki dengan perempuan,ayah dengan ibu, orangtua dengan anak, guru dengan murid, dsb.

 
Dalam konteks hubungan antara manusia dengan manusia yang lain terdapat satu hal penting yang merupakan pondasi dari keberlangsungan atau kelanggengan suatu hubungan yaitu kepercayaan. Banyak orang yang belum dapat memahami secara mendalam mengenai logika kepercayaan yang sebenarnya. Maka dirasa sangat perlu untuk mengupas tuntas bagaimana hakikat logika kepercayaan.
 
Dikutip dari ucapan Akhdan Lutfi mahasiswa filsafat UGM dalam forum informal,ia mengatakan "semakin percaya maka semakin ragu,semakin berusaha untuk percaya maka semakin berusaha untuk ragu". Respon orang ketika mendengar kalimat itu pasti berfikir bahwa percaya dan ragu merupakan dua hal yang kontradiktif,maka tidak masuk akal jika kita percaya tetapi kita juga semakin ragu. Namun, pada dasarnya hal itu lah yang disebut logika kepercayaan, semakin seseorang percaya dengan sesuatu maka dia harus menaruh keraguan didalamnya.
 
Seorang guru ketika ingin berusaha percaya terhadap muridnya yang nakal maka bukanlah dengan hanya memberi kepercayaan begitu saja kepadanya,karena ketika kepercayaan itu batal atau gagal maka keraguan lah yang menjadi hasil dari usaha tersebut, lain halnya ketika seorang suami ingin berusaha percaya terhadap istrinya namun dia justru menaruh keraguan didalam kepercayaan itu,karena ketika keraguan itu batal atau gagal maka kepercayaan sejati lah yang akan diraih.
 
Dari contoh tersebut, dapat diambil makna bahwa indikator terkuat dalam sebuah kepercayaan adalah keraguan, keduanya memang kontradiktif akan tetapi justru karena percaya dan ragu adalah hal yang bertolak belakang maka keraguan berperan sebagai proses awal dari terbentuknya sebuah kepercayaan. Tidak ada sebuah kepercayaan sebelum didasari dengan keraguan terlebih dahulu, ketika ragu ditanamkan dengan orientasi untuk percaya terhadap sesuatu meskipun keraguan tersebut yang akan terjadi maka setidaknya dia sudah siap untuk menerima hal itu berbeda dengan kepercayaan ditanamkan tanpa adanya keraguan, dan ketika keraguan yang akan terjadi nantinya, maka seseorang itu akan merasakan kekecewaan. Hal itu sesuai dengan teori negative thinking yang ditulis dalam buku berjudul "Filosofi Teras" karya Henry Manampiring,jikalau seseorang hanya positive thinking saja dalam berkehidupan maka ketika hal negatif justru yang terjadi otomatis dia akan tidak siap dalam menghadapinya, berbeda kalau seseorang diselimuti dengan negative thinking dalam memprediksi kejadian dalam kehidupannya lalu nantinya hal negatif itu betul betul terjadi maka dia tidak akan kecewa dan secara psikologis dia akan lebih siap dalam menerimanya.
 
Maka kesimpulannya, suatu hubungan antara manusia dengan manusia akan lebih erat dan abadi jika sebuah kepercayaan didalamnya dipupuk terlebih dahulu dengan keraguan-keraguan, dan keraguan dijadikan sebagai sebagai syarat untuk percaya. Jika kepercayaan diibaratkan sebagai pohon rindang yang subur maka hujan yang terus membasahinya lah adalah keraguan, itulah logika kepercayaan yang hakiki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun