Mohon tunggu...
Seffinna Ayu Wulandari
Seffinna Ayu Wulandari Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa semester 1 program studi Kedokteran Hewan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran, dan Ilmu Alam, Universitas Airlangga

memiliki hobi membaca dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Kunjunga ke Klinik Hewan di Banyuwangi: Pentingnya Pelayanan Kesehatan dan Komunikasi yang Baik antara Dokter Hewan dengan Pemilik Hewan

30 Desember 2024   13:38 Diperbarui: 30 Desember 2024   14:03 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
klinik hewan ( Sumber : Dokumentasi Pribadi Penulis )

Pada kesempatan kali ini saya mengunjungi sebuah klinik hewan yang memiliki nama Klinik Hewan Vet Airlangga. Klinik Hewan Vet Airlangga terletak tidak jauh dari pusat perkotaan banyuwangi, klinik ini dapat dibilang cukup baru karena masih beroperasi kurang dari satu tahun. Klinik baru beroperasi pada bulan Juli 2024. Ada fakta unik dari klinik hewan Vet Airlangga ini, mungkin kalian berpikiran bahwa klinik ini ada hubungannya dengan Universitas Airlangga, ternyata klinik hewan ini tidak sama sekali ada sangkut paut dengan Universitas Airlangga lhoo. Kenapa demikian? Menurut keterangan dokter hewan Noel Sitepu selaku pemilik klinik hewan tersebut alasan beliau memberi nama klinik hewan nya dengan mencatumkan kata Airlangga karena klinik hewan tersebut terletak di jalan Airlangga. Sehingga untuk memudahkan dikenal masyarakat akhirnya dinamakan Klinik Hewan Vet Airlangga.   

Namun sebelum itu, apakah kalian pernah mengunjungi sebuah klinik hewan? Tentunya, teman-teman tidak asing dengan klinik hewan apabila teman-teman adalah seorang penyuka hewan kesayangan seperti kucing dan anjing. Sebaliknya, jika teman-teman adalah tipe orang tidak menyukai hewan mungkin cukup asing dengan tempat ini. Klinik hewan biasanya ditangani oleh seorang dokter hewan, serta biasanya ada juga mahasiswa-mahasiswa koas PPDH yang kerap kali membantu proses pelayanan Kesehatan. Klinik hewan pada dasarnya adalah tempat pengobatan yang didirikan dengan tujuan untuk mensejahterakan masyrakat dan hewan. Selain itu juga, tidak semua daerah tersedia Rumah Sakit Hewan karena biasanya hanya kota-kota besar saja yang sudah tersedia fasilitas tersebut seperti, Rumah sakit hewan yang berada di Jakarta. Klinik hewan cukup membantu para pecinta hewan apabila hewan kesayangan mereka mengalami kondisi yang tidak normal.

Dokter hewan adalah profesi yang dapat dibilang cukup sulit dan jumlahnya masih sedikit sekali di Indonesia. Mengapa demikian? Karena seperti yang kita ketahui, saat menjadi seorang dokter hewan kita tidak hanya berhadapan pada satu objek saja. Namun kita juga harus  berhadapan dengan pasien dan pemilik hewan. Sebagai seorang dokter hewan harus bisa menghadapi dan berkomunikasi yang baik terhadap pemilik hewan atau pet owner. Komunikasi yang baik antara dokter hewan dengan pemilik hewan adalah kunci dalam terlaksananya pelayanan yang efektif.

Apakah kalian tahu? Dokter Hewan itu banyak jenisnya?

Dokter hewan memiliki beberapa fokus keahliannya, seperti dokter hewan praktisi atau hewan kecil dokter hewan kedinasan, dokter hewan karantina, dokter hewan dokter hewan Akuatik, dokter hewan unggas, dokter hewan eksotik, dokter hewan satwa liar dan dokter hewan dalam bidang akademisi, serta dokter hewan coba yang cukup jarang dijumpai. Dokter Hewan yang berfokus pada bidang hewan kesayangan tentunya berbeda dengan dokter hewan yang fokus pada unggas. Dokter hewan praktisi adalah dokter hewan yang hanya berfokus pada hewan-hewan kecil seperti, anjing dan kucing.

Bagaimana proses pelayanan Kesehatan hewan disana? Apakah sama dengan manusia?

Tentunya, proses pelayanan Kesehatan di sebuah klinik hewan berbeda dengan hewan. Karena pada dasarnya pasien yang berada di klinik hewan tentunya tidak dapat berbicara layaknya manusia yang dapat mengutarakan apa saja yang sedang dideritanya dan biasanya hewan seperti kucing hanya dapat memunculkan gejala-gejala umum diantaranya, muntah-muntah, diare dan lain-lain. Apabila ada pasien pada sebuah klinik tentunya yang menjadi sumber imformasi adalah pemilik hewan. Pemilik hewan akan di wawancarai bagaimana aktivitas yang dilakukan hewan kesayangannya, apa saja tindakan yang telah dilakukan sebelum mengunjungi klinik dan keluhan-keluhan lainnya yang dirasakan oleh hewan tersebut melalui pengamatan si pemilik hewan. Proses handling pada setiap hewan tentunya juga berbeda antara hewan yang satu dengan hewan lainnya.

Seorang dokter hewan dapat dibilang seperti seorang detektif, kenapa demikian? Ketika menjadi seorang dokter hewan kita harus mengumpulkan bukti-bukti di lapangan. Kemudian bukti yang sudah dikumpulkan diperiksa kecocokkannya dengan omongan pemilik hewan atau klien dengan  gejala yang dialami pasien atau pet. Apabila ketika diperiksa hewannya sudah dalam keadaan lemas dan kolaps. Setelah itu, pemilik hewan mengatakan bahwa keadaan hewan kesayangannya baru terjadi dapat dipastikan hal tersebut tentunya sebuah kebohongan. Kemudian, disitulah kita sebagai dokter hewan mengolah untuk mengumpulkan bukti. Pada saat tahapan pertama kalian adalah seorang penyidik, ketika seorang penyidik telah mengumpulkan bukti-bukti yang ada. Setekah itu, akan naik menjadi jaksa yang mana akan menuntut kira-kira apa ini yang tepat untuk hukumannya atau diagnosanya. Sehingga dari kumpulan-kumpulan bukti yang dikumpulkan disini. Apabila ada jaksa maka dokter hewan lah yang menjadi hakimnya yang mana akan memutuskan diagnosis finalnya. Namun sebelum adanya diagnosis final tentu akan ada diagnosis banding. Diagnosis banding merupakan proses untuk membedakan antara dua atau lebih kondisi yang memiliki gejala yang serupa. Diagnosis banding akan menggunakan riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan tes diagnostik. Hal ini dilakukan untuk mempersempit diagnosis dan memastikan diagnosis yang diberikan kepada pasien sudah benar, contohnya Canine Distemper Virus, diagnosis bandingnya : Kennel cough, parvovirus (muntah dan diare). (BEM FKH UNUD, 2023)

            Dokter hewan tentu akan banyak menemukan kasus-kasus saat menangani pasiennya. Lalu, bagaimana ketika dokter hewan mendapatkan pasien tetapi ketika sudah ditangani pasien meninggal? Bagaimana cara memberikan pengertian terhadap pemiliknya? Kasus-kasus ini mungkin hal biasa bagi seorang dokter hewan dan sering dijumpai. Ketika seorang dokter hewan mendiagnosa, tentu seorang dokter hewan sudah mengetahui prognosa, yaitu kemungkinan sembuh pada pasiennya. Prognosa atau Prognosis dalam diagnosis itu ada tiga diantaranya, infausta (tidak bisa sembuh), fausta, dan dubius. Fausta yang berarti bahwa kemungkinan besar akan bisa disembuhkan. Contohnya scabies dan jamur Infausta adalah penyakit-penyakit yang tidak dapat sembuh, contohnya rabies. Dubius adalah kemungkinan sembuh hanya 50% atau masih adanya ragu-ragu. Namun sebagai seorang dokter hewan awal sebelum kalian menerima pasien seorang dokter hewan harus memberikan penjelasan mengenai segala kemungkinan yang bisa terjadi apabila sudah dilakukannya tindakan medis. Selain itu juga, seorang dokter hewan tidak boleh menjaanjikan kesembuhan karena kesembuhan itu tentunya hanya dari Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai dokter hewan profesi ini adalah jembatan penyembuhan atau hanya perpanjangan tangan.

Referensi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun