Mohon tunggu...
SEFANIA WENNY EKA INRIANI
SEFANIA WENNY EKA INRIANI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Airlangga

Penikmat petrikor dan secangkir teh chamomile.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Maraknya Kasus Penyalahgunaan Teknologi Deepfake yang Masyarakat Perlu Waspadai

29 Mei 2024   06:51 Diperbarui: 29 Mei 2024   06:58 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Dewasa ini penggunaan internet dan teknologi semakin pesat di kalangan masyarakat digital. Perkembangan teknologi diikuti dengan cepatnya arus informasi yang masuk membuat masyarakat perlu melakukan penyaringan dan analisis informasi dengan cerdas agar tidak terjebak dengan cyber crime. Tentunya kita tidak asing dengan istilah cyber crime. Menurut Andi Hamzah dalam bukunya "Aspek-aspek pidana di bidang komputer" (1989) mengartikan cyber crime sebagai kejahatan di bidang komputer secara umum dapat diartikan sebagai penggunaan komputer secara illegal. Cyber crime sendiri diatur dalam Undang-Undang No 11 Tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik.

Salah satu bagian dari cyber crime adalah penyalahgunaan teknologi deepfake. Deepfake merupakan tiruan dalam bentuk audio, video, atau gambar untuk menghasilkan konten baru yang menyakinkan dan terlihat seperti aslinya. Sebenarnya deepfake banyak digunakan dalam pembuatan game, film, atau sekadar hiburan pribadi belaka, hanya saja belakangan ini deepfake banyak menyasar siapa saja seperti tokoh publik yang ramai diperbincangkan di media sosial. Bisa jadi hal tersebut memicu hoaks hingga pencemaran nama baik seseorang. 

Apabila kita melihat media sosial seperti TikTok, Instagram, Threads, ataupun X, maka banyak kita jumpai konten yang menyalahi penggunaan teknologi deepfake sehingga menimbulkan berbagai kontroversi. Kebanyakan pihak tidak bertanggung jawab yang merekayasa video dari tokoh publik merupakan pengguna anonim yang hanya mementingkan tingginya angka viewers dari postingan mereka tanpa peduli dampak dari apa yang telah mereka perbuat.

Postingan yang sempat ramai diperbincangkan adalah unggahan video mengenai Presiden Joko Widodo yang fasih berpidato dalam bahasa Mandarin dan membuat warganet heboh, namun kementrian komunikasi dan informatika (Kemenkominfo) dalam artikel berita yang diunggah pada 26 Oktober 2023 lalu menyatakan bahwa hal tersebut merupakan hoaks dan termasuk dalam disinformasi.

Contoh lainnya dalam dunia internasional yakni video deepfake mengenai Barack Obama menyebut Donald Trump sebagai  "orang yang bodoh total dan lengkap" (Barari et al., 2021).

Tak hanya sekelas presiden, seperti pada unggahan video milik akun instagram kreator digital @divaafi_ menyebutkan bahwa Melaney Ricardo menjadi korban atas penyalahgunaan deepfake dan Melaney sendiri telah membuat klarifikasi bahwa itu bukan diri aslinya. Pemilik akun juga menyatakan bahwa banyak dari public figure, pejabat, bahkan followers-nya yang terkena rugi sampai jutaan rupiah karena menjadi korban deepfake, dimana para pelaku menggunakan AI deepfake untuk memanipulasi muka, suara, juga gerakan untuk membuat narasi hoaks atau bahkan menipu orang terdekat dan customer.

Lantas apa saja yang perlu dilakukan agar tidak termakan konten deepfake? Upaya yang bisa dilakukan yakni dengan literasi digital atau literasi teknologi yang dipahami oleh masyarakat agar masyarakat dapat memilah dan menganalisis informasi yang didapat dengan bijak. Warganet juga dihimbau agar dapat membedakan video asli dengan video buatan AI. Salah satu ciri yang dapat diperhatikan yaitu mimik wajah. Meski suara dan intonasi jelas, video buatan AI tidak akan dapat menghasilkan video senatural aslinya. Perhatikan dengan cermat pengucapan dan gerakan bibirnya. Kemudian sebagai warganet yang cerdas, hendaknya mencari tahu kebenaran suatu informasi tidak hanya pada satu sumber saja, melainkan dari berbagai sumber yang terpercaya. Memang terdapat tools untuk mendeteksi deepfake, tapi tidak semua tools dapat memberikan data atau hasil yang akurat.

Jangan sampai kasus penyalahgunaan deepfake semakin meningkat, kehadiran teknologi sudah sepatutnya digunakan dengan semestinya. Perkembangan teknologi perlu diimbangi dengan sumber daya manusia yang mumpuni agar tidak terjadi hal-hal negatif seperti yang telah disebutkan. Maka dari itu penting bagi kita untuk terus waspada terhadap apa yang kita lihat di media sosial agar tidak terjebak pada postingan yang menjerumuskan serta menjaga hal yang sekiranya dirasa sebagai privasi agar tidak sembarangan diunggah pada postingan publik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun