Namaku Karina, Karina Felicia Maharani. Ini adalah cerita tentang cinta yang terpendam terlalu lama. Empat tahun lalu yang lalu, aku harus melepas seseorang yang mungkin tidak pernah sepenuhnya kumiliki. Dia adalah Harsa, Harsa Raditya Kencana. Dia adalah teman sekelasku sejak SMA, walaupun kita tidak sedekat itu tapi dia orang yang selalu ada untukku. Namun, yang tak pernah dia tahu adalah aku menyimpan perasaan lebih dari sekedar teman.
Selama bertahun-tahun, aku dan Harsa tidak pernah saling menghubungi. Kami sibuk dengan urusan masing-masing, dan mungkin dia sudah melupakanku. Setelah empat tahun berlalu, aku memberanikan diri untuk menghubunginya karena aku tidak bisa menahan rasa rindu ini yang sudah ku pendam bertahun-tahun.Â
Aku tidak terlalu berharap dia akan menjawab pesanku, tapi ternyata... Dia menjawab pesanku. Aku merasa apa yang sudah aku lakukan akan membuat suasana menjadi canggung, tapi ternyata aku salah.Â
Sikap dia kepadaku tetap sama seperti dulu, dia selalu baik dan selalu menghibur. Aku merasa yakin kita bisa berkomunikasi dan berteman seperti dulu, walaupun perasaanku ini akan tetap terpendam selamanya. Percakapan itu berlangsung lama, kami saling bertanya kabar dan berbagi cerita satu sama lain.
Suatu hari, aku pergi ke kafe kecil untuk berkumpul dengan teman kuliahku, dimana tempat kami sering menghabiskan waktu bersama. Di sini, kami berbagi banyak cerita tentang mimpi, harapan, dan masa depan yang terasa begitu jauh.Â
Tapi ada suatu hal yang aku sembunyikan di antara canda tawa kami, yaitu tentang perasaanku dan Harsa. Entah kenapa mulutku tidak ingin membicarakan tentangnya. Aku merasa dia tidak ada hubungannya dengan hidupku, jadi untuk apa aku membicarakannya kepada teman-temanku.
Sampai saat ini, aku dan Harsa masih saling berkomunikasi satu sama lain walaupun kami belum bisa menyempatkan waktu untuk bertemu secara langsung. Namun, hari itu berbeda.Â
Kami berusaha menyempatkan waktu untuk bertemu secara langsung dan Dia memustuskan untuk menjemputku di kafe. Pada hari itu, hujan turun sangat deras dan tak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Aku menyuruh Harsa untuk tidak menjemputku dan menjadwalkan kembali di lain hari, tapi dengan sifat Harsa yang keras kepala dia tetap ingin menjemputku.
 Untungnya, hujan mulai berhenti dan aku bertemu dengan Harsa di hari itu juga. Bertahun-tahun aku berpikir aku tidak akan bisa melihat kembali wajah Harsa, ternyata hari itu aku bisa kembali melihat senyum Harsa. Karena hari itu sudah mulai larut malam, jadi kita mengobrol di perjalanan.
Keesokan harinya, aku ada agenda untuk photoshoot di kampus. Setelah selesai photoshoot, Harsa ingin menjemputku untuk pulang dan aku menyetujuinya. Tapi entah kenapa setiap aku dan Harsa pergi bersama, hujan selalu turun. Akhirnya, kita berdua meneduh di kampusku karena saat itu Harsa tidak membawa jas hujan.Â
Sambil menunggu reda hujan, kita mengobrol dan bercanda hingga tertawa bersama. Meskipun kita sudah bete karena hujan, tetapi ternyata dengan turunnya hujan kita bisa membangun kedeketan kita kembali seperti dulu.