Mohon tunggu...
Sedwi Panca
Sedwi Panca Mohon Tunggu... -

...suka dengan keindahan...mengamati dan mencoba membaginya kepada semua...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Just An Old Story: Cerita Toko Roti

5 April 2010   01:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:59 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Awal tahun 1970

Seorang laki-laki berusia duapuluh tahunan memasuki sebuah toko roti yang baru saja dibuka untuk pertama kalinya. Toko roti itu cukup ramai karena merupakan toko roti pertama yang dibuka di daerah tersebut.

Seorang gadis belasan tahun dengan dua buah kucir di rambutnya menyapa lelaki muda tersebut dengan bahasanya yang lugu "Beli apa,pak?". Lelaki tersebut menunjuk kearah sebuah roti yang berlapis coklat di atasnya sambil mengacungkan kedua jarinya kemudian menyerahkan uang secukupnya. Setelah menerima kedua roti berlapis coklat yang diberikan gadis kecil itu, lelaki tersebut tersenyum, dan tanpa berkata sepatah katapun, ia pergi berlalu.

Sejak hari itu, lelaki itu rutin berkunjung untuk mencari roti yang sama, roti yang dilapisi coklat diatasnya, dan seperti biasa, tanpa sepatah kata yang keluar, hanya seulas senyum seraya menunjuk roti coklatnya, mengacungkan kedua jarinya kemudian memberikan sejumlah uang sebagai pembayar dan berlalu. Sang gadis kecil pun selalu melakukan hal yang sama, tersenyum menatap kepergian lelaki tersebut keluar pintu, lalu berlari ke ibunya untuk menyerahkan uang pembayaran dan kembali melayani tamu yang berkunjung.

Pertengahan tahun 1973

Ditengah gerimis sore itu, pintu toko roti terbuka, lelaki itu masuk, menutup payung yang dibawanya. Kali ini ia tidak sendiri, ada seorang gadis di belakangnya, tampak kikuk dan malu-malu. Wajah lelaki ini tampak lebih bersahabat, namun seperti biasa, ia hanya tampak berbisik kepada sang gadis yang datang bersamanya, kemudian menunjuk ke roti berlapis coklat, mengacungkan angka tiga dengan jarinya, lalu meletakkan uang di atas meja. Dan sang gadis penjaga rotipun segera menyerahkan ketiga roti berlapis coklat serta uang kembali sambil tersenyum. Namun kali ini ada hal yang berbeda, lelaki tersebut tersenyum bersahabat kepada sang gadis roti sambil mengedipkan sebelah matanya, lalu menggandeng mesra gadis yang datang bersamanya, kemudian berlalu dibawah gerimis hari itu.

Pertengahan tahun 1974

Hari itu merupakan hari kesekian dari soft opening pengembangan toko roti tersebut. Toko roti tersebut kini memiliki teras yang cukup luas sehingga cukup banyak meja kecil dan kursi yang dapat digunakan oleh para pelanggannya untuk makan dan minum.

Gadis kecil yang kini beranjak dewasa sedang mengantar roti ke salah satu tamu ketika lelaki tersebut datang bersama seorang wanita hamil besar, mereka mengambil salah satu meja dipojok ruangan.

"Selamat sore,pak!Seperti biasa?Tiga roti coklat?",tanya sang gadis roti ramah.

"Oh iya,kita makan disini saja,saya minta teh hangat ya,Ci! Papa mau minum apa?"sahut wanita hamil tersebut. Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun berkunjung ke toko roti tersebut, lelaki itu bersuara, suara yang tak akan dilupakan sang gadis roti. Mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun