Dalam dunia pendidikan, kesehatan merupakan aspek krusial yang mendukung kelancaran proses belajar mengajar. Di sekolah-sekolah, kita mengenal istilah UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) sebagai bentuk upaya untuk menjaga kesehatan siswa. Di pondok pesantren, yang merupakan tempat para santri mengaji dan menuntut ilmu agama, kita memiliki Pos Kesehatan Pesantren atau Poskestren. Poskestren menjadi elemen penting dalam memastikan kesehatan santri sehingga mereka dapat belajar dengan optimal.
Tiga Pondok Pesantren di bawah naungan LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia) yang berada di Kota Kediri, Jawa Timur telah dilengkapi Poskestren (Pos Kesehatan Pesantren). Hal ini diungkapkan oleh Ketua DPD LDII Kota Kediri, Agung Riyanto, dalam kegiatan orientasi pendampingan Poskestren Tahun 2024. Acara yang berlangsung pada Rabu, 14 Agustus 2024, bertempat di Aula Ponpes Nurul Huda Al Mansyurin, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri, menghadirkan penjelasan mendalam mengenai pentingnya keberadaan Poskestren.
Agung Riyanto menjelaskan bahwa Ponpes Nurul Huda Al Mansyurin, Ponpes Al Hasun, dan Ponpes Nurul Hakim Al Fattach kini telah dilengkapi dengan Poskestren. Pendiriannya berdasarkan tiga dasar utama. "Pertama, ada riwayat dalam agama Islam, bahwa orang mukmin yang kuat lebih dicintai oleh Allah daripada yang lemah, dan untuk mewujudkan kekuatan itu harus sehat," ujar Agung. Ini menunjukkan bahwa kesehatan bukan hanya aspek fisik tetapi juga merupakan bagian dari keyakinan dan spiritualitas dalam Islam.
Di samping itu, pendirian Poskestren juga merujuk pada Undang-Undang No 18 Tahun 2019, yang menegaskan peran pesantren dalam pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat. Poskestren diharapkan dapat mengelola kesehatan di lingkungan pesantren dengan efektif. "Landasan ketiga adalah bagian dari delapan klaster pengabdian LDII untuk bangsa, salah satunya adalah kesehatan. Ini menyangkut sumber daya manusia. Kami menyiapkan generasi yang sehat untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045," lanjut Agung. Hal ini mencerminkan komitmen LDII dalam mendukung pembangunan kesehatan sebagai bagian integral dari pengembangan masyarakat.
Menurut Agung, tujuan utama dari inisiatif ini adalah untuk meningkatkan kesehatan santri serta seluruh warga pesantren, sehingga mereka dapat belajar dalam lingkungan yang sehat dan kondusif. "Sekaligus memastikan akses layanan kesehatan yang memadai dalam lingkungan yang kondusif untuk belajar," tegasnya. Ini adalah langkah strategis untuk mendukung kualitas pendidikan di pondok pesantren.
Kasi Promosi Kesehatan Masyarakat dan Pemberdayaan Dinas Kesehatan Kota Kediri, Emy Widiastuti, menekankan pentingnya kualitas pelayanan kesehatan di Poskestren. "Kami ingin mewujudkan Poskestren yang berkualitas. Kader kesehatan diharapkan bisa mengawal Poskestren di tiga ponpes LDII. Sehingga fungsinya dapat terwujud," ujarnya. Emy menambahkan bahwa program ini bertujuan untuk memperkuat kader kesehatan yang telah mendapatkan pembinaan sebelumnya. Poskestren bertanggung jawab memberikan edukasi kesehatan, pendampingan, penanganan santri yang sakit, serta pencatatan kondisi kesehatan santri. "Program yang dilakukan oleh Poskestren adalah pendampingan, pemberian edukasi tentang kesehatan, dan cara penanganan bila ada santri yang sakit," jelasnya.
Saat ini, Kota Kediri memiliki 55 Poskestren yang tersebar di berbagai pondok pesantren, dengan masing-masing Poskestren diisi oleh 10 petugas yang terdiri dari santri dan pendamping. Hal ini menunjukkan komitmen Dinas Kesehatan Kota Kediri untuk memastikan akses layanan kesehatan yang memadai di setiap pondok pesantren. Dukungan dari Kementerian Agama (Kemenag) Kota Kediri juga sangat berharga. Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Ahmad Rofiudin Faruq, menilai bahwa program ini tidak hanya penting untuk kesehatan santri, tetapi juga untuk menanamkan nilai-nilai kebersihan dan kesehatan di lingkungan pondok pesantren. "Program ini sangat relevan dalam membentuk generasi yang sehat dan siap berkontribusi bagi masyarakat," ujar Faruq.
Secara keseluruhan, keberadaan Poskestren merupakan langkah strategis untuk memastikan bahwa santri tidak hanya mendapatkan pendidikan agama yang baik tetapi juga didukung dengan kesehatan yang optimal. Dengan demikian, proses belajar mengajar di pondok pesantren dapat berlangsung lancar dan efektif, menghasilkan generasi yang tidak hanya berilmu tetapi juga sehat dan bermanfaat bagi masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H