Degup jantung saya seakan tersendat saat membaca pesan di grup WhatsApp pagi tadi. Berita duka tersebut terasa seperti hantaman berat, seolah sulit dipercaya bahwa informasi itu benar. Tak puas hanya dengan sekali membaca, saya segera mencoba menanyakan kabar tersebut kepada beberapa teman, berharap ada kekeliruan. Namun, lambat laun, kebenaran pun terkonfirmasi.
H. Hariyono Ichsan, sosok yang selama ini dikenal sebagai guru di Pondok Pesantren Wali Barokah Kediri, telah berpulang ke Rahmatullah pada Rabu, 14 Agustus 2024, pukul 21.26 WIB. Usianya yang baru mencapai 56 tahun meninggalkan duka mendalam di hati banyak orang yang mengenalnya.
Pak Hariyono (panggilan akrabnya) bukan hanya dikenal sebagai pendidik di pesantren. Sosoknya juga berperan penting sebagai pengurus di organisasi LDII (Lembaga Dakwah Islam Indonesia), di mana ia menjabat sebagai Ketua Biro Pendidikan Keagamaan dan Dakwah DPW LDII Jawa Timur. Kehadirannya di organisasi ini sangat berarti, tidak hanya dalam menyebarkan dakwah, tetapi juga dalam membimbing dan mempersiapkan generasi muda LDII untuk masa depan.
Pada 17 Desember 2023 lalu, Pak Hariyono memberikan pembekalan kepada 950 remaja LDII dari Bantul dan Yogyakarta di Pondok Pesantren Pelajar Mahasiswa Baitussalam, Mantrijeron, Yogyakarta. Dalam kesempatan tersebut, ia menekankan pentingnya memiliki Tri Sukses Generasi Penerus: berakhlakul karimah, alim-faqih, dan mandiri. Dengan penuh ketulusan, ia berkata, "Generasi penerus ini harus bisa berbudi pekerti yang baik kepada orang lain, tidak berhenti belajar untuk mencari ilmu dan kefahaman. Para remaja juga supaya berbakti kepada orangtua atau menerapkan birrul walidain, jangan sampai anak itu melukai kepada orangtua, karena perjuangan orangtua membesarkan kita itu tidak mudah."
Selain kepeduliannya terhadap pembinaan generasi muda, Pak Hariyono juga dikenal dengan kebijaksanaan dalam membimbing murid-muridnya. Di mata para siswa dan alumni pesantren, ia adalah sumber inspirasi yang memberikan motivasi melalui kata-kata bijaknya. Salah satu jargon favoritnya adalah, "Ketika diberi tugas (amal saleh) jangan anda merasa dibutuhkan, tapi merasalah diberi kesempatan. Orang lain belum tentu berkesempatan seperti anda. Orang yang merasa dibutuhkan akan menjadi sombong. Orang yang merasa diberi kesempatan akan selalu bersyukur. Jangan berhenti untuk belajar bersyukur."
Kehilangan Pak Hariyono Ichsan meninggalkan kekosongan yang sulit diisi. Sosoknya yang bersahaja, sabar, dan penuh kebijaksanaan akan selalu dikenang oleh mereka yang pernah belajar dan berinteraksi dengannya. Semangat dan ajaran-ajarannya akan terus hidup dalam hati para murid dan anggota organisasi yang ia bimbing.
Selamat jalan, Pak Guru. Semoga Allah Subhanahuwata'ala memberikan tempat mulia di sisi-Nya dan menjadikan segala amal kebaikan Anda sebagai tabungan pahala yang abadi. Dalam doa dan kenangan, Anda akan selalu hidup, menginspirasi, dan menjadi teladan bagi kami semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H