Ada yang menarik dari pembicaraan Gita Wirjawan bersama dengan Habib Ja'far Al Haddad pada Podcast endgame, saya kutipkan di bawah di bawah ini
"Nabi Adam turun dari surga karena memetik satu buah dari surga, eh kita malah mau ke surga dengan tetap menebang pohon secara sembarangan?"
Pas dengar podcast itu saya jadi bertanya-tanya
"Lho, apa hubungannya peristiwa buah khuldi dengan urusan kelestarian lingkungan? Bukankah hikmah peristiwa untuk mengajak ummat agar patuh pada perintah Allah SWT, kok jadi melebar soal lingkungan?"
Pertanyaan ini lantas mengular di kepala.
tafsir yang umum soal peristiwa turunnya Adam dan Hawa dari surga ke bumi dikarenakan bujuk rayu iblis untuk memakan buah pohon khuldi padahal Allah SWT jelas-jelas melarang untuk mendekati pohon itu, apalagi memakan buahnya.
Tapi, ternyata, tafsir peristiwa buah khuldi bisa dibaca sebagai perintah untuk menjaga lingkungan termasuk membangun kesadaran ekologi, bahwa perintah "jangan mendekati pohon itu" sebagai perintah untuk menjaga pohon untuk tetap ada dan tidak serampangan untuk memotong atau menebangnya.
Karena itu, tafsir ini jadi menarik untuk dicermati lebih jauh. Pertama, Bahwa kesadaran menjaga lingkungan itu adalah hal esensial yang harus tidak dimaknai secara biasa-biasa saja.
Bila selama ini menjaga lingkungan dipahami sebagai upaya menjaga kebersihan diri saja seperti mandi, dan berwudhu, maka perlu adanya untuk pemaknaan lebih dalam bahwa menjaga lingkungan juga bisa dimaknai dengan dengan menjaga kelestarian lingkungan.
Kedua, bahwa menjaga keselarasan antara manusia dan alam bukan urusan duniawi tapi juga ukhrawi. Bahwa apa yang dilakukan terhadap alam nantinya akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
Dan Ketiga, bahwa agama dalam hal ini sudah memberikan amsal yang yang jelas dari peristiwa Adam dengan larangan untuk tidak mendekati pohon khuldi, apalagi buahnya sebagai perintah untuk membiarkan pohon itu tetap ada, dan lestari sebagai mana arti pohon itu sendiri yaitu Keabadian.
Wah, mulai berat, padahal buka puasa masih lama :'(