Mohon tunggu...
Haedi Noor
Haedi Noor Mohon Tunggu... Penulis - Writer Freelance

Tetap Biasa dan tak Ingin menjadi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Thank You Jeff, God Can Speak English

1 November 2013   13:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:44 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Hidup ku boleh saja tak terencana dengan sempurna, tapi aku telah menyiapkan akhir dari segalanya"

Kurang lebih itulah sepenggal kalimat yang kubaca dalam buku "God, Do You Speak English", sebuah buku yang mengupas tentang perjalanan hidup manusia yang keluar dari zona nyamannya. Mereka adalah orang-orang sukses di bidangnya dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik dari orang kebanyakan, namun dengan penuh keyakinan mereka tinggalkan itu semua demi berbagi dan memberi dengan sesama umat manusia. Tak tanggung-tanggung mereka menjadi volunter di negara luar, menyelami kehidupan masyarakat asing dan berusaha berbagi apa yang mereka miliki.
Sebuah kalimat sederhana tadi, merupakan ungkapan dari lubuk hati paling dalam Jeff. Jeff merupakan tokoh yang dengan ikhlas membagi ceritanya dalam buku tersebut. Bagi Jeff, boleh jadi kehidupan yang dia jalan memang tidak terencana dengan sempurna, namun Jeff memiliki keyakinan pasti ada jalan akhir dari segalanya, Jeff bahkan bukan saja mengharapkan jalan akhir tesbut tapi dia sudah menyiapkan waktu untuk akhir itu datang dalam kehidupannya.
Kalimat sederhana dari manusia luar biasa telah terpatri dalam hati ku yang juga paling dalam. Bukan sekedar apopemia atau menghubung-hubungkan tapi rasa-rasanya apa yang Jeff alami benar-benar terjadi dalam hidup saya, setidaknya terkait kalimat sederhana itu.
Sama halnya dengan Jeff, aku tak pernah merencanakan hidup aku harus seperti apa dan kemudian menjadi apa, tapi aku memiliki sebuah keyakinan bahwa aku akan memiliki akhir dari setiap rutinitas hidup yang ku jalankan. Aku adalah aku yang telah mengenal batasanku sendiri, aku sudah tahu kapan aku harus memulai sesuatu dan aku pun harus tahu kapan aku mengakhiri sesuatu itu, walapun di tengah jalan aku tak pernah tahu kehidupanku seperti apa. Sudah ku bilang aku tak pernah merencanakan hidupku seperti apa dan akan menjadi apa kelak, tapi ku pastikan aku bisa memulai dan mengakhirinya.
Banyak kehidupan sudah ku jalani, setidaknya aku sudah mencicipi sejuknya udara pagi selama 24 tahun. Wow, bukan waktu yang singkat. Menikmati semua hal dengan sangat gratis, free pass from the God. Tapi setelah saya pikir-pikir ulang, jarang sekali saya mengucap syukur atas apa yang telah Tuhan berikan. Termasuk kemampuankau untuk memulai dan mengakhiri sebuah rutinitas. Itu bukan kah karunia Tuhan juga?. Itulah aku, tak pernah terencana menjalani hidup, membiarkan tangan Tuhan yang menjamahnya langsung.
Aku memuali apa yang aku mulai, dan akupun harus mengakhiri apa yang harus aku akhiri, dan terlepas di tengah-tengah sempurna atau tidak, biarkan tangan Tuhan yang bekerja.
Jeff, Thank you so much for the sentences. Bagi ku kalimat sederhana itu telah membangunkan ku dari mimpi yang panjang. Jeff, akan aku biarkan hidupku untuk Tuhan, dan menyerahkan sepenuhnya kepadaNya.
Tuhan adalah yang awal dan yang akhir

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun