Mohon tunggu...
Sechudin
Sechudin Mohon Tunggu... Wiraswasta - #wartaklasik

Jurnal Lokal

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Maryamah dalam Merajut Keabadian

3 Februari 2022   12:50 Diperbarui: 3 Februari 2022   13:14 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maryamah, senyumu abadi
berbingar dalam sunyi
suaramu lembut penyejuk hati
tujuh tahun kau telah pergi

Maryamah, mengingatmu adalah penawar
dalam lelah dan susah
menyebutmu adalah menambah gagah dan motivasi

daun-daun kini menguning kering
udara tampak panas
cahaya mulai redup
sungai-sungi mengering
bocah-bocah terus menyebut-nyebut namamu "Maryamah"

Jarak adalah sekat
dan sekat adalah namamu
jembatan antara aku dengan bocah-bocah adalah kamu
uluran tanganmu adalalah pelapah-pelapah
yang dirajut dengan senyumu
"M-a-r-y-a-m-a-h"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun