Namanya Abdul, lengkapnya Abdul Hadi. Orang-orang dikampungnya biasa memanggilnya Hadi. Hadi adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara, Ayahnya adalah tukang becak yang memangkal di pasar Purwo, tapi sudah meninggal satu minggu yang lalu akibat penyakit tipes dan magh yang sudah dideritanya sejak lama. Ibunya adalah buruh tani yang bekerja pada juragan Rusdi.
Rumahnya berada disudut Desa Wadas Kecamatan Kaliurang Kabupaten Grogol, sekitar 30 Km kearah selatan dari kota Kecamatan Kaliurang. Rumah mungil yang beralaskan tanah, berdinding kulit pohon randu dan beratapkan ilalang dihuni oleh 3 orang, Hadi, Martiyem ibunya Hadi dan Khusnul adiknya.
Keseharian Hadi adalah ikut membantu pamanya, Rustam adik ayahnya, sebagai tukang batu harian yang bekerja pada siapa saja yang membutuhkan jasanya. Â Selain itu Hadi juga sering membantu ibunya disawah milik juragan Rusdi.
Semenjak ditinggal Suaminya Martiyem dan kedua anaknya hidupnya semakin hari semakin memprihatinkan, terkadang untuk makan sehari-hari saja keluarga ini kesulitan, apalagi Khusnul sekarang masuk kelas 3 SMP yang memakan biaya tidak sedikit.
Pada suatu hari tepatnya hari Rabu, Rabu terakhir dibulan safar (bulan jawa) atau orang-orang Desa Wadas menyebutnya dengan nama Rebo Wekasan. Rebo wekasan adalah Hari Rabu terakhir sebelum masuk bulan Mulud (Hari kelahiran Nabi Agung Akhir jaman Muhammad SAW). Seperti tahun-tahun sebelumnya dalam tradisi Desa Wadas sehabis jama'ah sholat maghrib di Masjid orang-orang Desa berkumpul melakukan ritual sholat hajat lidaf'il bala.
Sholat ini konon dilakukan untuk menghindari 360.000 bala/ ujian yang diturunkan Allah pada hari itu, selain itu warga Desa juga banyak melakukan shodaqoh baik berupa makanan atau uang dengan harapan benar-benar terhindar dari musibah.
Ketika orang Desa semua sudah berkumpul di Masjid untuk melakukan sholat sunnah, tiba-tiba Abu Dawud putra bungsu juragan Rusdi berdiri dari duduknya dan berteriak BID'AH.... BID'AH..... BID'AH....... ini adalah perbuatan sesat dan menyesatkan, Nabi Muhammad tidak mengajarkan ini dan ini tidak ada landasan hadits dan Qur'anya. Seketika itu suasana yang tertib dan damai tiba-tiba menjadi hening, semua orang diam dan tertunduk.
Hadi tiba-tiba ikut berdiri sambil menundukan kepala mendengar Abu Dewud dengan begitu khusu, kemudian  keluar dari masjid tanpa berpamitan, dan sikap Hadi ini diikuti oleh seluruh jama'ah dan masjidpun kosong, hanya tersisa Abu Dawud masih dalam posisi tegang dan mata melotot tajam dengan dihiasi warna jenggot biru putih sepanjang perut.
Bersambung......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H