Bagaimana mungkin aku akan mendekat kepadamu, walau rasa rinduku kian menggebu. Karena aku memahami rasaku adalah belum tentu rasamu. Â Kebahagiaanku mungkin adalah dukamu. Biarkan rasa ini aku pendam hingga kulit dan nafas menyatu dengan Kerikil-kerikil dan lapisan-lapisan bumi.
Atau kita sama. Sama-sama memendam rasa itu, tapi kau bukan miliku, akupun bukan milikmu.
Pandangankupun tertunduk, hingga siangpun tak berani membukakan satir-satir hitamnya.
Pagipun berlahan-lahan merunduk runduk memberanikan diri menyentuh punggungku dengan agak malu. Dan akupun tersenyum dan dengan suara agak pelan aku menyambutnya dengan ucapan "selamat pagi"
Awal yg baru, akupun mulai menggoreskan penaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H