Mohon tunggu...
Sechudin
Sechudin Mohon Tunggu... Wiraswasta - #wartaklasik

Jurnal Lokal

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Senyap

5 Mei 2019   16:51 Diperbarui: 5 Mei 2019   16:56 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penaku kini patah
Jari-jari tanganku seakan kaku
Otaku mulai gelap
Kertas-kertas itu kini berhamburan

Suaraku bukan lagi auman singa padang pasir
Manusia-manusia kini berlari menjauh
Kotaku seakan kuburan yang dihuni beribu-ribu manusia membisu
Wangiku tak lagi wangi kasturi

Aku terhentak pada lantai yang beralaskan tikar
Semuanya tampak gelap
Tiba-tiba muncul satu titik cahaya putih
Akupun mulai menitah kaki yang kaku
Cahaya itu semakin dekat dan menerangi seluruh ruangan

Cahaya itu semakin mendekat dan terus mendekat
Tiba-tiba aku tersentak di atas cahaya-cahaya putih
Bukan, bukan kamu. Tapi cahaya itu adalah tetap sinar pancaran dari wajahmu

Bukan lagi senyap tapi segalanya adalah pancaran putih wajahmu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun